Suara.com - Economix hadir kembali dalam rangkaian The 20th Economix: Global Economic Challenges bertema ”The Aftermath of Global Economy and Political Insecurity : A Modern Challenge towards Interdependencies”.
Economix: Global Economic Challenges merupakan acara internasional tahunan yang diadakan oleh Kanopi FEB UI, sebuah organisasi kemahasiswaan yang dijalankan oleh mahasiswa S1 Ekonomi FEB UI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Acara tersebut bertujuan untuk menjadi sarana bagi peserta dengan, berbagai latar belakang dan disiplin, untuk berbagi, berdiskusi, dan menemukan potensi solusi untuk masalah ekonomi global saat ini. Peserta dari berbagai negara di dunia dapat mengikuti beberapa acara utama yang terdiri dari International Seminar, Paper Competition, Essay Competition, dan Model United Nations.
Tahun ini, The 20th Economix akan memperkenalkan konsep hybrid, dimana para peserta dipersilakan datang ke lokasi selama hari-H untuk bergabung dan terlibat dengan panelis dalam diskusi kritis.
Baca Juga: Keren! Mahasiswa UI Gagas Panel Surya Gulung dari Limbah Plastik, Sudah Juara di Asia Tenggara
The 20th Economix yang bertajuk “Redefining the Pathways of Global Cooperation: A Journey Towards Resilient Economic Interdependence”, akan membedah mengenai tantangan seputar Ketahanan Ekonomi Makro Global, Perdagangan Internasional dan Konektivitas, serta Relevansi G20 terhadap Pemulihan Global.
Tugas untuk membangun sistem perpajakan yang efektif di negara berkembang tidak pernah sepenting ini dan harus tetap menjadi prioritas utama (OECD, 2020). Selain itu, ketika tekanan inflasi meningkat, bank sentral seperti Fed dan ECB menghadapi tugas berat untuk memperketat kebijakan moneter mereka tanpa menyebabkan gejolak pasar keuangan atau mengganggu aliran keuangan global (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2022).
G20 telah menjadikan sinergi dan kolaborasi kebijakan fiskal dan moneter sebagai agenda utama mereka, di mana para menteri keuangan dan gubernur bank sentral akan bekerja sama dengan harapan menghasilkan langkah-langkah konkret.
Topik mengenai aspek ekonomi makro dan koordinasi kebijakan di tengah krisis yang terjadi belakangan ini dikemas dalam subtema “Achieving Global Macroeconomic Resilience”. Dalam sesi ini, pembicara akan berbicara dan mempresentasikan tentang bagaimana krisis baru-baru ini telah mempengaruhi kondisi ekonomi makro ekonomi secara global serta prospek di masa depan.
Topik kedua akan dibawakan dengan sesi yang berjudul “Refining Global Trade and Connectivity”. Dalam sesi ini, para pembicara akan membicarakan dan mempresentasikan tren terkini dalam perdagangan dan rantai nilai global serta kerentanan dan tantangannya yang terlihat sebagai dampak dari disrupsi yang terjadi baru-baru ini, yaitu pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Untuk mengatasi masalah global yang paling mendesak, yaitu pandemi dan dampak perang Rusia-Ukraina, upaya untuk memperkuat dan menciptakan multilateralisme yang lebih efektif akan menjadi bagian integral, terutama dengan meningkatnya kecenderungan deglobalisasi dan fragmentasi antar negara.
G20, sebagai salah satu forum antar pemerintah terbesar, memainkan peran penting dalam mendorong dan memperkuat multilateralisme dan persatuan untuk mencapai tujuan global kita bersama. Forum ini beranggotakan 19 negara dan Uni Eropa serta menyumbang populasi dunia, 75% perdagangan internasional, dan 80% PDB global (Bank Indonesia, 2021).
Sesi terakhir mengenai relevansi G20 dalam mencapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat disematkan dalam acara yang bertajuk “Reviving G20 Relevance Towards Global Recovery”.
Dalam sesi ini, para pembicara diharapkan dapat berbicara dan mempresentasikan tentang bagaimana negara-negara dalam forum mengimplementasikan agenda koordinasi kebijakan dan keuangan dalam mencapai ketahanan ekonomi global.