Suara.com - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (BEI: ADRO) menyampaikan laporan keuangan untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2022 (9M22). Kinerja keuangan secara umum bertahan pada tingkat profitabilitas yang tinggi secara historis dengan kondisi harga batu bara yang tetap tinggi, sehingga EBITDA operasional terdorong naik 231% menjadi $3.798 juta dari $1.149 juta y-o-y. Adaro meningkatkan margin EBITDA operasional y-o-y sebesar 1.950bps menjadi 64,2% dari 44,7% karena ASP naik 106% dan volume penjualan naik 14%.
Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir, mengatakan pada sembilan bulan pertama tahun 2022, Adaro terus mengeksekusi strategi untuk meningkatkan produksi dan penjualan, karena kami mengejar peningkatan melebihi 10% y-o-y untuk dua komponen ini.
Pendapatan, EBITDA dan laba bersih mencapai rekor tertinggi untuk sembilan bulan pertama dari setiap tahun sejak perusahaan didirikan 30 tahun lalu. EBITDA operasional yang mencapai $3,8 miliar, dan laba inti $2,3 miliar setara dengan kenaikan masing-masing 231% dan 262% y-o-y, yang mencerminkan kualitas laba.
“Belum lama ini, kami merayakan ulang tahun ke-30, yang merupakan momentum untuk mengingat masa lalu, dan berfokus pada masa depan. Saya gembira dengan inisiatif hijau di Adaro. Seiring kita berevolusi dan berinovasi di 30 tahun ke depan, kita akan membangun Adaro yang baru. Saya dapat pastikan kepada para pemegang saham bahwa kami akan terus berfokus pada eksekusi, SDM dan budaya, seiring langkah untuk meningkatkan investasi pada energi terbarukan, membangun kawasan industri hijau terbesar di dunia dan berinvestasi pada rantai pasokan baterai kendaraan listrik,” ucap Garibaldi.
Baca Juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani Optimis Ekonomi RI Tumbuh Lebih Dari 5,4% Pada Triwulan III
Pendapatan Usaha, Harga Jual Rata-Rata dan Produksi Pendapatan usaha Adaro Energy Indonesia yang dilaporkan pada 9M22 naik 130% menjadi $5.913 juta dari $2.569 juta y-o-y, terutama karena kenaikan 106% y-o-y pada ASP. Cuaca buruk, keterbatasan suplai dan peristiwa geopolitik menopang harga dekat level tertinggi historis yang terjadi pada 2Q22, dan dengan demikian mendukung kenaikan ASP y-o-y untuk Adaro. Walaupun terjadi curah hujan yang tinggi dan tantangan pengadaan alat berat, ADRO berhasil meningkatkan produksi sebesar 14% menjadi 45,4 juta ton dari 39,6 juta ton y-o-y pada 9M22.
Peningkatan produksi mendorong kenaikan penjualan batu bara dengan porsi yang sama (14%) menjadi 44,2 juta ton pada 9M22 dari 38,9 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, Adaro mencatat peningkatan pengupasan lapisan penutup di kuartal ini dan saat ini stabil y-o-y pada 173,5 Mbcm pada 9M22 dari 173,0 Mbcm dan nisbah kupas turun 12% y-o-y menjadi 3,82x dari 4,36x. Jika cuaca mendukung, nisbah kupas ini diperkirakan akan meningkat pada 4Q22, namun nisbah kupas FY2022 diperkirakan akan dicapai di bawah target yang ditetapkan sebesar 4,1x.
EBITDA operasional ADRO tumbuh 231% y-o-y menjadi $3.798 juta dari $1.149 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian EBITDA operasional yang tinggi mencerminkan fluktuasi cuaca, permintaan batu bara dari pemulihan aktivitas global pasca pandemi, dan dinamika geopolitis yang mempengaruhi harga. Margin EBITDA operasional tetap bertahan di dekat level tertinggi di posisi 64% pada 9M22, atau naik melebihi 1950 bps y-o-y karena permintaan tetap tinggi dan leverage operasi tetap positif. Untuk menghitung EBITDA operasional, Adaro melakukan penyesuaian untuk komponen non operasional yang hanya terjadi satu kali seperti provisi biaya dekomisioning, penyisihan, derivatif dan beban penurunan nilai.
Pada 9M22, ADRO melaporkan penyesuaian sebesar $1,0 juta yang mempengaruhi EBITDA. Laba Inti Laba inti ADRO pada 9M22 naik 262% menjadi $2.331 juta dari $644 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya, berkat harga yang tinggi dan keunggulan operasional yang berkelanjutan. Sebagaimana dilaporkan, laba bersih mencapai $2.169 juta, atau naik 366% y-oy.
Baca Juga: Terus Percepat Inisiatif Strategis, Telkom Catat Laba Bersih Operasi Sebesar Rp19,42 Triliun