Suara.com - Tren kasus harian dan kematian Covid-19 terus menurun secara global hingga pertengahan September 2022. Hal ini terlihat dari banyak negara di dunia telah menerapkan restriksi minimal. Di Indonesia, kasus harian Covid-19 juga terus menurun dan seluruh daerah masih berstatus PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 1. Walau demikian, pemerintah terus melakukan asesmen sampai dengan triwulan I tahun 2023 untuk antisipasi gelombang varian lain yang diprediksi akan masuk.
Penurunan angka kasus harian dan kematian Covid-19 menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi terus berlanjut walaupun melambat di banyak negara. Meski demikian, kinerja ekonomi Indonesia masih tumbuh kuat. Berdasarkan laporan APBN, hingga Agustus 2022, pendapatan negara melanjutkan kinerja yang baik didukung semua komponen pendapatan yang tetap tumbuh tinggi. Secara keseluruhan, pendapatan negara mencapai Rp1.764,4 triliun atau 77,9 persen dari pagu dan tumbuh 49,8 persen yoy. Komponen penerimaan negara bersumber dari penerimaan perpajakan mencapai Rp1.171,8 triliun, penerimaan bea dan cukai Rp206,2 triliun, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp386,0 triliun.
Kinerja sektor eksternal Indonesia sangat positif, didukung neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus selama 28 bulan berturut-turut. Selain itu, kinerja ekspor dan impor pada bulan Agustus 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang masa. Realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai bulan Agustus 2022 menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 30,5 persen yoy atau mencapai 69 persen dari target APBN berkat tren positif semua komponen penerimaan kepabeanan dan cukai. Secara rinci, bea masuk tumbuh sebesar 32,6 persen, cukai tumbuh sebesar 21,4 persen, serta bea keluar tumbuh 83,4 persen.
“Kinerja keuangan Indonesia sampai dengan Q2 justru membaik, yaitu pertumbuhan hingga 5,4 (persen),” ujar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia, dalam konferensi pers APBN KiTa September 2022, pada Senin (26/09). “Ekspor sekali lagi membubuhkan kenaikan yang cukup impresif. Kita lihat bahkan di bulan Agustus mencapai USD27,9 miliar dan tertinggi dalam sejarah kita. Dan dibandingkan dengan bulan lalu, ekspornya tumbuh sebesar 9,17 persen,” imbuhnya.
Baca Juga: Harga Kopra Anjlok, Jokowi Sebut Harga Ditentukan Pasar Internasional
Sri Mulyani menambahkan, nilai impor pada bulan Agustus 2022 tercatat USD22,15 miliar atau tumbuh sebesar 3,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan pertumbuhan impor mencapai 32,81 pesen year on year (yoy). Kegiatan impor didominansi oleh barang input berupa barang baku dan barang modal, serta bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Sri Mulyani, dorongan kinerja ekspor yang sangat kuat akan menopang ekonomi dari sisi penerimaan negara dan terbukanya lapangan pekerjaan. Menguatnya kinerja ekspor dan impor tentu tak terlepas dari peran Bea Cukai dalam memberikan dukungan berupa kemudahan fiskal dan prosedural dalam kegiatan ekspor dan impor, serta peran serta masyarakat dalam menjalankan roda ekonomi melalui penjualan dan pembelian. Selain itu, adanya tren perbaikan kinerja impor nasional pada sektor perdagangan dan industri serta tingginya harga komoditas juga mempengaruhi kinerja ekspor dan impor.
“Perekonomian negeri yang cukup baik menjadi modal kita untuk menjaga momentum ini. Namun, kita juga harus tetap waspada. APBN yang kinerjanya juga relatif baik juga akan memberikan instrumen bagi perlindungan untuk masyarakat dan perekonomian hari ini dan ke depan,” pungkasnya.