Suara.com - Pandemi telah mengubah banyak aspek kehidupan di Indonesia, termasuk di industri kecantikan. Meskipun diterpa pandemi, animo konsumen Indonesia terhadap dunia kecantikan tetap besar, hal ini dibuktikan dengan kembalinya pertumbuhan pasar kecantikan di tanah air sebesar 12% di tahun 2021 dengan total penjualan senilai Rp. 43 triliun, selain itu Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) juga mencatat kosmetika sebagai kategori produk yang mendapatkan ijin edar terbanyak di Indonesia dalam 5 tahun terakhir, yaitu sebanyak 411.410 produk baru.
Dalam acara diskusi media bertajuk ‘L’Oréal Beauty Tech: Inventing the Beauty of the Future’ di Hotel Tribrata Dharmawangsa, Junaid Murtaza, Presiden Direktur L’Oréal Indonesia menyatakan, “Pasar kecantikan di Indonesia sangatlah dinamis dan akan semakin dinamis melalui peran Gen Z yang akan mendorong transformasi di masa mendatang. Konsumen baru di dunia kecantikan menuntut lebih banyak personalisasi, produk yang lebih sehat dan aman, lebih banyak transparansi, keberlanjutan dan juga sains di era yang semakin digital ini.”
Dalam diskusi tersebut, Aswaina Seroja, Chief Consumer Officer L’Oréal Indonesia mengungkapkan bahwa Gen Z akan menjadi populasi dominan yang akan membentuk masa depan industri kecantikan di Indonesia karena mereka adalah generasi digital-native dengan akses penuh ke media sosial untuk mengekspresikan diri. Mereka mencari segala informasi secara online, termasuk seputar topik kecantikan yang merupakan 5 topik pencarian teratas sebanyak 38%[3]. 76% dari Gen Z berpendapat bahwa kecantikan berperan dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka, dan 53% percaya bahwa merawat diri adalah investasi masa depan[4].
Christy Raina, seorang penikmat beauty dan content creator Gen Z turut memberikan pandangan. “Aku perlu tahu persis mengenai kondisi dan kebutuhan kulitku supaya tahu perawatan kulit apa yang tepat bagiku. Buatku teknologi berperan penting dalam mendiagnosa kondisi kulitku sehingga dapat membantuku memilih jenis perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhanku,” ujar Christy.
Memahami kebutuhan dan keinginan para konsumennya, L’Oréal telah mendorong transformasi digital yang besar melalui penggabungan sains dan teknologi untuk memungkinkan lebih banyak personalisasi. “L’Oréal membayangkan masa depan dimana dunia kecantikan semakin inklusif terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat yang beragam; dunia kecantikan yang semakin bertanggung jawab dan transparan; dunia di mana tim kami semakin gesit dan kreatif. Itulah tiga pilar yang kami usung dalam L’Oréal Beauty Tech,” jelas Junaid.
Salah satu inovasi L'Oréal Beauty Tech yang ditelurkan adalah Kiehl’s Derma Reader Pro, sebuah perangkat yang memberikan secara langsung analisa mendalam terhadap 4 isu di permukaan kulit, yaitu: kerutan & garis halus, tekstur, noda dan pori-pori membesar; serta 4 isu di sub-permukaan kulit, yaitu: kemerahan, noda kecoklatan, kerusakan akibat sinar UV dan pori-pori tersumbat. Dipandu oleh para Skin Experts, konsumen akan menemukan kebutuhan kulitnya yang unik dan mengenali perawatan yang dibutuhkan untuk meraih tujuan kulit sehat yang mereka inginkan.
Pada kulit berjerawat, La Roche-Posay Spotscan membantu konsumen menganalisa tingkat keparahan jerawat melalui teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dibangun berdasarkan data ilmiah yang luas untuk mendapatkan personalisasi diagnosa pada jerawat. Untuk membangun algoritma yang paling akurat dan inovatif, keakuratan Spotscan telah divalidasi secara klinis oleh sekumpulan pakar kulit dari berbagai belahan dunia untuk menganalisa sebanyak lebih dari 6.000 foto individu yang mewakili berbagai etnis, jenis kulit dan tingkat keparahan jerawat.
Inovasi lainnya adalah Lancôme Shade Finder, perangkat yang juga menggunakan teknologi AI untuk merekomendasikan shade foundation yang paling cocok dengan kebutuhan dan warna kulit konsumen. Teknologi ini mendorong inklusivitas dengan kemampuannya untuk mengidentifikasi hingga 22.500 warna kulit melalui algoritma unik yang dibangun dengan menggunakan data & informasi yang dikumpulkan dari lebih dari 400 orang, mulai dari warna kulit yang sangat terang hingga sangat gelap, yang secara konstan terus dilengkapi dengan data terbaru sejak diluncurkan.
Masih dalam kategori make-up, L’Oréal meluncurkan Yves Saint Laurent Rouge Sur Mesure, perangkat portable peracik pewarna bibir pertama di dunia yang dapat menghasilkan sampai dengan 4000 warna lipstik kapan saja dan dimana saja. Perangkat ini menggabungkan inovasi fisik berupa perangkat pengkoneksi dan cartridge lipstik cair dengan inovasi digital berupa try-on virtual dan algoritma warna berbasis AI. Kombinasi tersebut memungkinkan konsumen melakukan try-on virtual secara real time; mendapatkan rekomendasi warna lipstik yang tepat untuk untuk jenis kulit atau warna rambutnya atau bahkan warna yang matching dengan objek apa pun (misalnya baju, cat kuku, tas); dan pada akhirnya meracik sendiri warna bibir yang paling diinginkan.
Baca Juga: Apa Itu Blue Beauty yang Ramah Lingkungan? Seperti Ini Konsepnya
L’Oréal Water Saver yang didapuk sebagai salah satu dari 100 Best Inventions 2021 oleh majalah TIME, merupakan gagang pancuran air inovatif yang menggunakan teknologi mesin roket untuk menciptakan pengalaman mencuci rambut yang mewah dan efisien, sekaligus mengurangi konsumsi air hingga 61% dibandingkan dengan mencuci rambut dengan metode biasa. Dirancang untuk industri salon profesional, L’Oréal Water Saver dapat berpotensi terhadap penghematan air miliaran liter setiap tahunnya.
L'Oréal Groupe memiliki daftar panjang akan inovasi Beauty Tech yang telah diluncurkan di antara 35 merek globalnya, dan daftar tersebut akan terus bertambah. “Di Indonesia sendiri, kami mencermati konsumen yang sangat adaptif akan teknologi baru. Maybelline Virtual Try On merupakan Beauty Tech pertama yang kami luncurkan di Indonesia di tahun 2019, dan sejak saat itu sebanyak 17 Beauty Tech sudah kami luncurkan di Indonesia dalam berbagai teknologi dan kategori yang bervariasi, menjadikan L'Oréal Indonesia sebagai perusahaan Beauty Tech terdepan di tanah air. Sejak awal tahun ini kami pun telah mencatat hampir 1 juta try-on telah dilakukan oleh konsumen, yang menempatkan Indonesia sebagai pasar dengan adoption rate penggunaan Beauty Tech tertinggi di Grup L’Oréal,” ujar Junaid.
Selanjutnya, L’Oréal telah menyiapkan organisasinya untuk berekspansi dari digitalisasi ke virtualisasi. “Beberapa tahun lalu, pasar kecantikan masih sepenuhnya berjalan offline. Kemudian pandemi mendorong percepatan e-commerce dimana L'Oréal merupakan salah satu perusahaan kecantikan pertama yang memulai model offline + online (O+O). Kini, saat kami telah bertapak kuat pada akselerasi Web2, sebagai perusahaan kecantikan no.1 di dunia, L’Oréal menuntun industri kecantikan ke masa depan dengan model offline + online + on-chain (O+O+O), dengan membangun fondasi Web3 dan metaverse.
L’Oréal dengan sejarah 113 tahun eksistensi di dunia kecantikan telah memulai perjalanannya ke dunia metaverse dengan membangun pengalaman baru yang imersif melalui ruang-ruang virtual, kostumisasi in-game, advertising di dunia virtual, aktivasi e-sampling, virtual ambassador/influencer, dan gerai virtual di dunia metaverse, dengan sebanyak 17 aplikasi trademark telah didaftarkan seputar NFT & metaverse.