Suara.com - Penggunaan internet telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, kemudahan yang ada diiringi pula dengan kejahatan dunia maya yang bisa menimpa siapa saja.
Kasus hacker Bjorka yang belakangan ini ramai diperbincangkan menjadi salah satu contoh. Melalui media sosial, Bjorka membagikan bagaimana ia mampu meretas data penduduk Indonesia, termasuk serta data rahasia orang-orang penting di Tanah Air.
Hal ini menjadikan masyarakat khawatir akan keamanan data pribadi mereka yang digunakan untuk kepentingan administrasi. Tak disangka, data-data tersebut malah bisa menjadi target kejahatan siber.
Sebelumnya, ada pula kasus Nth Room, yaitu kasus pelecehan seksual menggemparkan di Korea Selatan yang terjadi pada tahun 2019 hingga 2020. Berawal dari kontak melalui media sosial, pelaku mengancam setelah mengaku punya seluruh data korban dan keluarganya. Korban yang sebagian besar masih merupakan anak usia sekolah tertekan secara mental karena harus terus mengirimkan foto tanpa busana sesuai dengan petunjuk pelaku.
Baca Juga: Profil Putra Aji Adhari, Pemuda Indonesia yang Bisa Meretas Situs NASA pada Usia 15 Tahun
Kedua kasus tersebut hanya satu dari sekian banyak contoh kejahatan yang terjadi dalam dunia maya. Hal itu pun membuat industri film ikut mengangkat isu-isu kejahatan siber melalui karya yang dapat menjadi pengingat dan meningkatkan kembali kewaspadaan pengguna internet. Selain Cyber Hell: Exposing an Internet Horror yang memang diangkat dari kejadian sebenarnya, ada juga film Trust (2010), Ratter (2015), Unfriended: Dark Web (2018), hingga Spree (2020) yang menggambarkan bagaimana mengerikannya jika kita sudah terjebak dalam kejahatan cyber dan ketidakwajaran dunia maya.
Selain film, ada pula penggambaran sisi gelap dunia internet yang tersaji dalam salah satu novel dari Cabaca. Aplikasi baca novel premium ini menayangkan novel Everlasting Maker karya Hygea Galenica, mengisahkan Michel yang baru saja mengikuti perkuliahan setelah cuti beberapa bulan demi terapi gangguan kecemasannya, menemukan sebuah laptop tak bertuan di dalam kelas. Dia mengira salah satu temannya tidak sengaja meninggalkan laptop tersebut sehingga dia pun mengamankannya. Ternyata, hal itu adalah pilihan terburuk yang malah menjerat dirinya ke sisi gelap dunia internet.
Diawali dengan kasus penculikan mahasiswi di kampusnya, sebuah pesan misterius, situs web yang memuat konten mengawetkan manusia, hingga dua bayangan pria yang muncul tiap tengah malam. Michel terpaksa masuk ke dalam jejaring kegelapan yang penuh dengan kriminalitas. Dia harus menemukan pemilik laptop itu, sebelum dirinya menjadi korban selanjutnya dari sang Pembuat Keabadian.
"Sudah banyak karya yang mencoba merekam realitas dan sisi gelap dunia internet, gak cuma film tapi juga komik dan bahkan novel Indonesia. Dari situ sebenarnya sudah ada usaha edukasi dan warning bahwa setiap pengguna internet harus lebih berhati-hati dan bertanggung jawab penuh atas setiap data diri yang dipilih untuk diekspos," ungkap Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca, Senin (19/09/2022).