Kembangkan Ekosistem Tenun Batak, Tobatenun Dirikan Rumah Komunitas dan Pusat Riset

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 15 Juli 2022 | 18:07 WIB
Kembangkan Ekosistem Tenun Batak, Tobatenun Dirikan Rumah Komunitas dan Pusat Riset
Tobatenun Kembangkan Ekosistem Tenun Batak. (Tobetenun)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Optimis produk mode berbasis budaya sangat relevan dengan kebutuhan saat ini, Tobatenun terus melakukan pendampingan dengan memfasilitasi komunitas tenun Batak untuk peningkatan kompetensi (desain) dan standarisasi (kualitas).

Tak sekadar menjual produk tenun Batak, Tobatenun juga ingin mengembalikan kebanggaan profesi perajin bahwa mereka adalah aktor utama dari sub sektor ekonomi kreatif ini.

Berbagai upaya pengembangan komunitas terus dilakukan menyangkut proses pembuatan, fungsi, dan nilai ekonomi sehingga memungkinkan kelompok tenun Batak untuk semakin produktif. Dengan prinsip equitable trader Tobatenun memastikan para perajin mendapatkan kompensasi yang adil sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendorong kemandirian ekonomi.

Menurut Melvi Tampubolon, COO PT Toba Tenun Sejahtra, tenun merupakan sebuah karya seni dengan nilai-nilai dan identitas lokal yang sangat kuat. Dalam pembuatan tenun Batak, ada 11 tahapan pengerjaan di mana masing-masing tahapan tersebut melibatkan perajin dengan kompetensi yang berbeda.

Baca Juga: Didiet Maulana Dukung Pelestarian Wastra Nusantara, Beri Pelatihan Kepada Komunitas Tenun Adat Sikka

Itu sebabnya, Melvi meyakini bahwa Tobatenun harus dapat menjaga keberlanjutan ekosistem ini dan mempertahankan siklus (lingkungan, perajin, UMKM, budaya, dan adat istiadat).

Dengan program yang telah dan akan dilakukan, Tobatenun berusaha untuk menciptakan peluang dan berusaha meningkatkan standar kesejahteraan perajin di desa-desa tenun tradisional di Sumatera Utara, salah satunya dengan mendirikan rumah komunitas atau rumah latihan Jabu Bonang dan Jabu Borna.

Rumah komunitas dan latihan ini didirikan oleh Tobatenun untuk pemberdayaan, khususnya pemberdayaan perempuan, untuk mendukung pengrajin pedesaan dan memberdayakan mereka dengan pelatihan, pendampingan, pendidikan yang berkelanjutan, standarisasi hasil karya tenun, serta program kemitraan.

Rumah komunitas Jabu Bonang telah melakukan berbagai pelatihan dan lokakarya yang telah memberikan dampak langsung bagi kehidupan dan produktivitas perajin sebagai mitra dari Tobatenun.

Benang hasil pewarnaan dengan pewarna alami yang seluruhnya dilakukan di Jabu Borna. (Tobatenun)
Benang hasil pewarnaan dengan pewarna alami yang seluruhnya dilakukan di Jabu Borna. (Tobatenun)

Sedangkan di Jabu Borna, fokus pengembangannya adalah untuk riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan.

Baca Juga: Tenun Ternate Hampir Punah Karena Pengrajin Tersisa 4 Orang

Hingga saat ini, tim riset Jabu Borna berhasil menemukan 29 koleksi varian warna dari material alam (seperti: daun ketapang, kulit pohon mahoni, kayu jior, getah daun pisang, dll) yang kemudian digunakan pada benang sebagai bahan dasar untuk tenun Batak.

“Saat ini kami bermitra dengan 200 perajin di Sumatera Utara yang tersebar di 2 kota & 5 kabupaten antara lain adalah Medan, Siantar, Toba, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Utara, Samosir, dan Dairi. Kami menilai rumah komunitas dan latihan ini penting keberadaannya bagi komunitas. Menstimulasi mereka untuk terus berinovasi, dan meningkatkan keterampilan profesional sebagai pelaku usaha juga artisan,” ungkap Melvi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI