Suara.com - Startup Bubu+ (Startup Kesehatan Hewan Peliharaan) bersama mahasiswa mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta berkolaborasi melaksanakan webinar secara daring terkait kepedulian terhadap hewan dan lingkungan sebagai acara puncak rangkaian kegiatan kampanye "KETUPET: Care to Your Pet" selama dua minggu yang diikuti oleh sejumlah relawan yang kebanyakan terdiri dari anak muda.
Founder Bubu+, Rizka Zamzani Ibrahim menyampaikan bahwa kampanye sosial yang ditutup dengan webinar ini merupakan salah satu kontribusi Bubu+ kepada masyarakat dalam bentuk edukasi pentingnya peduli terhadap hewan dan lingkungan.
"Pembelajaran dari pandemi Covid-19, manusia harus benar-benar peduli dengan alam, karena dalam kerangka kesehatan, bahwa manusia satu kesehatan dengan hewan dan lingkungan atau dikenal konsep One Health. Manusia tidak bisa sehat dan sejahtera sendirian, hewan dan lingkungan juga harus sehat dan sejahtera, tidak melulu manusia sentris. Jika hewan dan alam sakit maka yang terkena dampak juga manusia," kata Rizka dalam keterangannya, Senin (6/6/2022).
Rizka juga menyampaikan bahwa Bubu+ sedang mengembangkan teknologi Artificial Intelegence (AI) dalam aplikasi Bubu+Vet untuk mengidentifikasi penyakit yang terlihat dan khas di hewan serta klasifikasi ekspresi mikronya seperti bahagia, sedih, bingung yang sedang dialami hewan.
Baca Juga: Hari Lingkungan Hidup Internasional, BRI Perkuat Komitmen Atasi Perubahan Iklim
Webinar dibuka oleh DR. drh. Muhammad Munawaroh, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) yang kemudian diisi oleh dua pembicara praktisi yang berjuang untuk kesejahteraan hewan dan lingkungan, yaitu dari Koalisi Pecinta Hewan Indonesia, (KPHI), Adrianus Hane, dan Founder Startup "Buangin" (Management Waste), Hany Pratama.
Adrianus Hane dalam materi yang disampaikan mengungkapkan bahwa saat ini marak berita penyiksaan hewan yang tersebar di berbagai kanal sosial media. Bahkan Indonesia menempati urutan pertama yang paling banyak mengunggah video penyiksaan hewan berdasarkan Asia For Animals Coalition, Agustus 2021.
"Hal ini bertolak belakang dengan kepribadian Indonesia sebagai negara yang berperilaku santun dan ramah," jelasnya.
Untuk mengurangi tingkat kekerasan terhadap hewan ini ia pun menuturkan perlunya sebuah edukasi yang harus dilakukan sejak dini, dimulai dari sekolah-sekolah. Pasalnya, berdasarkan hasil studi kepada narapidana yang kejam, telah ditemukan kemungkinan besar pernah menyiksa hewan pada masa kecilnya.
"Jadi seseorang yang melakukan kekerasan kepada hewan memiliki kecenderungan melakukan kepada manusia juga," terangnya.
Baca Juga: Festival Hari Lingkungan Hidup 2022 di Tebet Eco Park
Oleh sebab itu, KPHI sedang gencar melakukan kampanye ke pemerintah agar edukasi terkait hal ini bisa masuk ke sekolah.
"Kita bahkan telah menyiapkan modul buku yang akan kita berikan ke pemerintah agar ini bisa masuk ke kurikulum," ujar Adrianus.
Di pengolahan sampah Buangin banyak ditemukan macam-macam limbah pet. Hany Pratama memberikan pesan bahwa pecinta hewan bisa berpartisipasi untuk menjaga lingkungan bisa melalui keseharian, melalui beli makanan yang paket besar, bertanggung jawab pada limbah yang dihasilkan hewan peliharaan, mendahulukan barang yang ada dan memiliki umur pemakaian yang panjang serta menggunakan eco enzyme.