Gerakan Changemakers Nusantara Demi Ciptakan Perubahan Nyata

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 24 Maret 2022 | 11:02 WIB
Gerakan Changemakers Nusantara  Demi Ciptakan Perubahan Nyata
Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), menggagas 'Changemakers Nusantara', sebuah inisiatif yang menggerakkan para changemakers untuk berperan aktif membawa perubahan bagi masyarakat dan lingkungan.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi nirlaba pembawa perubahan dari GoTo Group, Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), menggagas Changemakers Nusantara, sebuah inisiatif yang menggerakkan para changemakers untuk berperan aktif membawa perubahan bagi masyarakat dan lingkungan.

Melalui inisiatif ini, para pembawa perubahan (changemakers) dapat berkumpul untuk bergerak, berkolaborasi dan berinovasi demi Indonesia yang lebih baik.

Changemakers Nusantara bertujuan untuk mengumpulkan para pembuat perubahan, baik individu ataupun kelompok yang berasal dari beragam latar belakang dan budaya, dari Sabang hingga Merauke.

Para changemakers tidak sekadar memiliki ide, namun inisiatif yang dijalankan telah menciptakan perubahan bagi masyarakat dan lingkungan secara nyata.

Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa menjelaskan bahwa YABB hadir untuk menjadi katalisator bagi para changemakers saat ini dan menyiapkan generasi penerus changemakers masa depan.

“Kami percaya bahwa manusia yang memiliki pola pikir dan karakter sebagai pembawa perubahan adalah kunci untuk mendobrak batasan dalam memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Suara.com, Rabu (23/3/2022).

Tingkat pengangguran yang relatif tinggi, kesulitan mengakses air bersih, serta meluasnya dampak bencana akibat kerusakan lingkungan, lanjut Monica, hanyalah segelintir masalah yang ada di depan mata.

Indonesia butuh aksi nyata, dan perlu peran para pembawa perubahan yang memiliki ketangguhan atau tingkat resilience yang tinggi serta keberanian untuk menyelesaikan sejumlah masalah,” imbuhnya.

Namun, fakta menunjukkan bahwa secara umum tingkat resilience rata-rata masyarakat Indonesia masih rendah.

Baca Juga: Pengamat: Kapitalisasi Saham GoTo Masuk 4 Besar di Indonesia, Saingi BCA dan BRI

Berdasarkan hasil riset Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), hanya 15,7% masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat resilience tinggi dan sangat tinggi. Artinya, masyarakat cenderung tidak tahan terhadap tekanan atau rasa sakit serta cenderung pesimis melihat masa depan ketika mengalami situasi yang menekan dan membuat mereka terpukul.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI