Suara.com - Meski belum bisa dibilang pulih jika dibandingkan sebelum pandemi, konsumsi semen domestik mengalami kenaikan 4,3% menjadi 65,2 juta ton, jika dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 62,5 juta ton. Pasar ekspor naik 23,2% menjadi 11,4 juta ton, dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 9,3 juta ton.
Selain kondisi market overcapacity dan pandemi yang masih berlanjut, industri semen juga mengalami tantangan kenaikan harga batu bara di tahun 2021, akibat krisis energi global. Kenaikan harga ini berdampak pada biaya energi yang berkontribusi sekitar 30% pada biaya produksi.
Meski dibayangi berbagai tantangan berat di tahun 2021, sinergi bersama SIG berhasil membantu SBI mempertahankan kinerja positif dengan mencapai total volume penjualan semen dan terak sebesar 13,4 juta ton, atau naik sebesar 12,4% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Membaiknya volume penjualan juga dialami bisnis beton jadi sebesar 25,4% menjadi 1,1 juta m3, dan agregat sebesar 48,7% menjadi 913 ribu ton.
Sinergi dan berbagai upaya efisiensi yang dilakukan oleh perseroan, membantu SBI menjaga EBITDA tetap positif dan mencatat peningkatan laba bersih menjadi sebesar Rp721 miliar.
Baca Juga: Bank BRI Berhasil Catatkan Kinerja Positif dalam Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Proyeksi Bisnis 2022
Menanggapi kinerja tahun 2021, Direktur Utama, Lilik Unggul Raharjo mengatakan bahwa pandemi seharusnya sudah dapat lebih diatasi.
“Pandemi dan krisis energi merupakan sinyal kuat urgensi atas kebutuhan solusi-solusi berkelanjutan. Karena itu, SBI akan fokus pada inisiatif-inisiatif berorientasi pembangunan berkelanjutan yang menjadi daya saing kami, mulai dari aplikasi digitalisasi untuk operasional yang efisien, pemanfaatan bahan baku dan bahan bakar alternatif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan batu bara dan menurunkan emisi karbon, hingga penciptaan solusi-solusi konstruksi berkelanjutan sesuai kebutuhan pembangunan saat ini dan masa depan," ujar Lilik.