Suara.com - Meski menimbulkan dampak yang signifikan di berbagai lini kehidupan, pandemi telah meningkatkan kecepatan perkembangan dan penerapan teknologi baru.
Semakin hari kita semakin melihat peran bermanfaat dari teknologi industri 4.0 yang mengubah cara kita hidup dan terhubung dengan satu sama lain, bekerja, serta mendidik anak.
Bahkan, di masa depan, perkembangan teknologi baru ini diprediksi akan mengambil alih sebagian pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia. Namun kabar baiknya, McKinsey & Company memprediksi, bahwa meskipun sebanyak 23 juta pekerjaan dapat digantikan oleh otomatisasi di Indonesia hingga 2030, ada 27-46 juta pekerjaan baru dalam bidang teknik dan creative thinking yang dapat tercipta dalam periode yang sama.
Itu sebabnya, sektor pendidikan, termasuk sekolah, harus memikirkan kembali bagaimana mempersiapkan generasi muda untuk menangkap peluang masa depan ini.
Baca Juga: Mempelajari Lebih Jauh Makna Kurikulum Merdeka
Siswa harus dilengkapi dengan keterampilan dan pola pikir yang tepat untuk membantu mereka berkembang di dunia kerja masa depan, demikian menurut Lloyd Jeeves, Manajer Pengembangan Kurikulum, Cambridge International.
Dan inilah salah satu alasan yang mendorongnya membantu mengembangkan kurikulum Komputasi terbaru untuk program Cambridge Primary and Lower Secondary.
Industri 4.0 bertopang pada konektivitas antar perangkat dan pemahaman yang berkembang tentang bagaimana konektivitas ini bekerja. Menurut Lloyd, kurikulum komputasi baru ini akan memperkenalkan konsep tersebut kepada siswa muda.
“Kurikulum Komputasi kami dirancang bagi siswa muda untuk mengembangkan keterampilan yang berkaitan dengan Industri 4.0 seperti pemrograman, pemikiran komputasi, konektivitas, dan analisis data. Kurikulum ini akan membantu mereka untuk mengenali peran ilmu komputer dalam berbagai industri, mengembangkan keterampilan ilmu komputer mereka sendiri, dan mengenali peran yang akan dijalankan oleh ilmu komputer dalam karir mereka di masa depan,” jelasnya, mengutip keterangan resmi yang diterima Suara.com.
Lantas, mengapa penting bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan komputasi ini di usia muda? Menurut Lloyd, semakin dini seorang anak dapat mulai membangun dan mengembangkan kemampuan komputasi, semakin siap mereka untuk pembelajaran di masa depan dan dunia kerja.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Kurikulum Merdeka: Ini Esensi dan Implementasi di Sekolah dan Kampus
“Dengan mempelajari pemikiran komputasi dan keterampilan pemrograman sejak usia dini, siswa akan dapat mengembangkan kompetensi seperti logika dan dekomposisi secara progresif, sebelum mereka harus bersaing dengan menerapkannya dalam lingkungan profesional dan kerja," jelas Lyod.
“Pengkodean, dan memahami perlunya presisi, juga akan membantu pelajar untuk memahami bagaimana segala sesuatu bekerja dan bagaimana perangkat dan mesin merespon instruksi dan input. Pengetahuan ini, terlepas dari apakah dikembangkan di kemudian hari dalam pendidikan mereka, akan tetap membantu siswa untuk memahami hubungan antara komputer, program, dan mesin yang merupakan inti dari Industri 4.0,” katanya lagi.
Meski tidak semua siswa ingin menjadi ilmuwan komputer ketika mereka dewasa, tetapi Lyod menekankan ada banyak alasan mengapa anak muda akan mendapatkan keuntungan dari mempelajari ilmu komputer.
“Walaupun mereka tidak bercita-cita menjadi ilmuwan komputer, tetapi mereka akan bekerja dalam dunia industri 4.0 saat dewasa. Karena itu, siswa muda perlu memahami hubungan antara komputer dan dunia di sekitar mereka. Hubungan ini termasuk
bagaimana teknologi diterapkan pada praktik yang ada dan berkembang, serta etika dalam pengambilan keputusan terhadap penerapan teknologi. Hubungan dan pertimbangan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum Komputasi,” katanya.
Kendati sekolah harus mendukung siswanya untuk memahami setiap aspek Industri 4.0 dengan cara yang mudah dipahami, memiliki akses ke komputer dan internet tidak selalu diperlukan untuk setiap pelajaran komputasi.
Lloyd mengatakan bahwa meskipun sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan Cambridge International di Indonesia memiliki akses yang baik ke komputer, banyak sekolah lain yang mungkin tidak memiliki banyak sumber daya.
Namun, mereka masih dapat mengajarkan banyak aspek dari mata pelajaran tersebut kepada siswanya. Pelajar bisa mendapatkan keuntungan dari penggunaan komputer secara bersamaan. Selain itu, setelah aplikasi seperti Scratch diunduh, sebagian besar pekerjaan di layar dapat dilakukan secara offline.
Komputer mini, seperti Micro:bits, yang dapat diperoleh dengan harga relatif murah, juga dapat digunakan bersama di seluruh sekolah, bersama dengan penggunaan komputer.
Ia menambahkan, “Banyak kegiatan yang dapat dilakukan tanpa komputer, terutama dalam pemikiran komputasi, jaringan dan komunikasi, dan konten sistem komputer. Mengerjakan aktivitas ‘unplugged’ dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa. Jika guru juga dapat menunjukkan kepada siswa contoh otomatisasi di industri lokal atau memungkinkan mereka untuk mendengar langsung dari orang-orang yang bekerja di industri ini, siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana suatu hari nanti mereka dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari di tempat kerja nanti.”
Selain Komputasi, Program Cambridge Primary and Lower Secondary juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar tentang Literasi Digital. Melalui mata pelajaran terpisah ini, mereka akan belajar bagaimana menggunakan teknologi digital dengan aman dan melindungi kesejahteraan fisik dan emosional mereka sendiri sejak awal perjalanan
pendidikan.
“Jika ingin anak-anak kita siap menghadapi Industri 4.0 dan menghadapi tantangan serta peluang yang akan hadir di kemudian hari, sangat penting bagi kita untuk memberikan mereka pendidikan yang menyeluruh disertai landasan yang kuat, termasuk membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan komputasi mereka dan pemahaman tentang bagaimana menggunakan teknologi digital ini secara bertanggung jawab,” tutup Lloyd.