Suara.com - Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, SpOG. mengatakan, pernyataan adanya Bisphenol A (BPA) dalam air kemasan yang bisa menyebabkan infertilitas harus dibuktikan melalui riset antar Sentra Penelitian. Menurutnya, perlu penelitian antar center untuk benar-benar membuktikan bahwa ada kaitan antara kandungan BPA dalam air kemasan dengan infertilitas.
Hasto menyebut, apabila baru info awal dan belum berbasis bukti yang level of evidence-nya kuat, perlu berhati-hati untuk menyampaikan informasi ini ke publik.
“Itu masih butuh riset multi center, saya kira agar menjadi bukti yang kuat,” ujarnya, Jakarta, Rabu (2/2/2022).
Dia mengatakan, informasi itu perlu mempertimbangkan hasil penelitian dari sentra pendidikan di UGM, Unair, UI, ditambah Singapura, Amerika Serikat, dan negara-negara lain.
Baca Juga: Dokter Spesialis dan Pakar Pangan: Air Galon Guna Ulang Aman
“Setelah itu, baru hasilnya dipadukan dan dilihat seperti apa kesimpulannya. Kalau baru info awal dan belum berbasis bukti yang level of evidence-nya kuat, itu harus hati-hati,” ujarnya.
Pendapat ini sekaligus membantah spekulasi yang disebarkan oleh beberapa pihak yang anti penggunaan air kemasan galon polikarbonat, yang sudah digunakan oleh masyarakat selama puluhan tahun secara aman. Keamanan air kemasan galon guna ulang berbahan polikarbonat mendapat serangan kampanye negatif semenjak beredarnya galon kemasan PET sekali pakai di masyarakat.
Untuk membantah kampanye negatif tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin juga menegaskan bahwa air kemasan galon guna ulang aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil. Menurutnya, isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan air guna ulang yang dihembuskan pihak-pihak tertentu adalah hoaks.
Dunia kedokteran dan pakar kimia pun memberikan pendapatnya terkait BPA yang terdapat dalam galon guna ulang ini. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, belum ada bukti air galon guna ulang menyebabkan penyakit kanker.
Menurutnya, 90-95 persen kanker berasal dari lingkungan atau environment.
“Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup, seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian bahwa galon itu menyebabkan kanker,” ujarnya.
Baca Juga: Kandungan BPA dalam Makanan Kaleng, Seberapa Berbahayakah bagi Kesehatan?
Sementara itu, Dr. M. Alamsyah Aziz, SpOG (K), M.Kes., KIC, dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengatakan, sampai saat ini ia tidak pernah menemukan adanya gangguan terhadap janin, karena ibunya minum air galon.
Karenanya, dia meminta para ibu hamil agar tidak khawatir menggunakan kemasan air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang ini, karena aman dan tidak berbahaya terhadap ibu maupun pada janinnya.
DR Ahmad Zainal, pakar polimer dari ITB juga menyayangkan adanya narasi yang salah dalam memahami kandungan BPA dalam galon guna ulang berbahan Polikarbonat (PC) yang dihembuskan pihak-pihak tertentu akhir-akhir ini. Sebagai pakar polimer, dia menyatakan, PC itu merupakan bahan plastik yang aman.
Ahmad Zainal mengatakan, BPA dan PC merupakan dua hal yang berbeda. Banyak orang salah mengartikan.
Menurutnya, beberapa pihak sering hanya melihat dari sisi BPA-nya saja yang disebutkan berbahaya bagi kesehatan, tanpa memahami bahan bentukannya yaitu polikarbonatnya yang aman jika digunakan untuk kemasan pangan.
Menurutnya, BPA memang ada dalam proses untuk pembuatan plastik PC. Dia mengibaratkannya seperti garam NaCl (Natrium Chlorida), dimana masyarakat bukan mau menggunakan Klor yang menjadi bahan pembentuk garam itu, tapi yang digunakan adalah NaCl yang tidak berbahaya jika dikonsumsi.
”Dalam memahami ini, masyarakat harus pandai mengerti agar tidak dibelokkan oleh informasi yang bisa menyesatkan dan merugikan,” kata Zainal.
Dia juga berharap, berita-berita yang terkait BPA galon guna ulang harus dijelaskan secara ilmiah dan jangan dikontroversikan menurut ilustrasi masing-masing yang bisa menyesatkan.
“Harus dengan data ilmiah sehingga masyarakat kita akan memahami dan bisa mengambil keputusan sendiri,” ujarnya.
Kemenkominfo melalui laman resminya juga sudah menyatakan bahwa berita-berita di media yang menyatakan galon guna ulang berbahaya merupakan berita hoaks.