Bukan Pakai Intuisi, Valiance Tawarkan Budaya Kultur Riset Mendalam Atasi Masalah Perusahaan

Risna Halidi Suara.Com
Senin, 31 Januari 2022 | 17:42 WIB
Bukan Pakai Intuisi, Valiance Tawarkan Budaya Kultur Riset Mendalam Atasi Masalah Perusahaan
Ilustarsi (Unsplash/Patrick)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Data atau kumpulan fakta, telah menjadi kunci utama dalam menyelesaikan masalah. Tak heran banyak perusahaan mencari seorang analis data yang dapat membaca, membuat program dan menyelesaikan problem perusahaan.

Saat ini perusahaan konsultan machine learning, Valiance menawarkan materi program setara dengan kurikulum S-1 dan S-2 yaitu Statistics dan Machine Learning.

Valiance sendiri merupakan divisi konsultan dari Pacmann, sebuah akademi yang secara aktif menyebarluaskan pengetahuan mengenai industri data melalui program non-degree (tanpa gelar) untuk mereka yang ingin berkarier sebagai Data Scientist dan Business Intelligence/Data Analyst.

CEO dan Co-Founder Valiance Adityo Sanjaya menuturkan, solusi berbasis Machine Learning yang mereka kerjakan telah bersifat menyeluruh.

Baca Juga: Konsultan Properti: Infrastruktur Jakarta Masih Berkembang Walau IKN Pindah

"Dalam merancang solusi bisnis, kami terbiasa merujuk pada research paper tentang machine learning. Kami pun selalu melibatkan subject matter expert di bidang industri terkait di dalam proses bisnis yang kami lalui," ujarnya dikutip dari siaran pers, Senin (31/1/2022).

Konsultan machine learning Valiance (Dok. Valiance)
Konsultan machine learning Valiance (Dok. Valiance)

Machine learning sendiri merupakan cabang dari kecerdasan buatan, sebuah disiplin ilmu yang mencakup perancangan dan pengembangan algoritma yang memungkinkan komputer untuk mengembangkan perilaku berdasarkan data empiris, seperti dari sensor data basis data.

Ini, kata Adit, sangat penting untuk dimiliki oleh setiap perusahaan yang sering menghadapi situasi pengambilan keputusan krusial. Namun saat ini, tambahnya, ia kerap mendapati pengambilan keputusan di perusahaan lebih sering dilakukan berdasarkan intuisi.

“Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi tidaklah optimal. Nah, data-driven dapat menjadi sebuah kerangka kerja sebuah perusahaan untuk menurunkan business problem menjadi data problem, menguji hipotesis, lalu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan data,” tutur Adit.

Sebagai bentuk transparansi, kata Adit, Valiance senantiasa menginformasikan klien tentang tingkat kerumitan selama proses perumusan masalah dan pembuatan solusi bisnis, serta dependensi infrastruktur dan ekosistem terkait di dalamnya.

Baca Juga: Cewek Pamer Kolom Agama di KTP, Fotonya Bikin Salfok: Peluang Masuk Surga Naik

Menurut pria yang telah menggeluti machine learning lebih dari tujuh tahun tersebut, Valiance menjalani proses ketat dan mendetail untuk menilai kebutuhan klien atas solusi machine learning, dan mengomunikasikan hasilnya supaya klien dapat mengambil keputusan secara tepat.

Di sisi lain, CTO dan Co-Founder Valiance Riyad Rivandi mengatakan bahwa pengerjaan solusi bisnis di Valiance berlangsung secara efisien berkat penggunaan internal tools yang mereka kembangan untuk proses automatic machine learning (AutoML).

"Selain itu, kami berpengalaman membangun infrastruktur Machine Learning Ops (MLOps) baik cloud maupun on-premise sesuai dengan kondisi perusahaan," kata Riyad.

Riyad juga menegaskan bahwa solusi berbasis machine learning dari Valiance mampu menyelesaikan permasalah bisnis klien, baik dalam hal efisiensi waktu untuk tugas-tugas repetitif, menekan potensi kerugian biaya, maupun memprediksi risiko potensial.

"Kami membuktikan hal ini dengan melakukan evaluasi performa solusi yang kami bangun terhadap hasil analisis ketimpangan yang telah dilakukan," ujar Riyad.

Sejauh ini, Valiance telah mengerjakan solusi machine learning di industri keuangan dan perbankan, logistik dan distribusi, media, ritel, pariwisata, agrikultur, dan otomotif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI