Suara.com - Indonesia sebagai salah satu pasar digital dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan populasi pengguna smartphone sebanyak 72,25 juta di tahun 2021. Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk pelaku startup lokal dan perusahaan asing yang ingin masuk ke dalam pasar yang sedang berkembang ini. Dengan tahun 2022 yang akan bertumbuh, pengiklan dapat memaksimalkan pertumbuhan ekonomi digital dengan memanfaatkan inovasi teknologi di bidang periklanan (Adtech).
Pandemi menjadi ancaman besar bagi keberlanjutan media dan advertisers karena telah mengubah dinamika periklanan, model bisnis, aplikasi teknologi, dan perubahan regulasi. Maka hal-hal yang dulu dianggap berhasil untuk strategi pemasaran digital belum tentu akan berhasil untuk masa sekarang.
Namun, lonjakan konsumsi konsumen atas konten daring juga membawa kita pada era periklanan baru. Pada tahun 2020, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 69,8 persen dan diperkirakan akan mencapai 82,53 persen pada tahun 2026.
"Saat basis pengguna (accelerated user base) telah meningkat, masih banyak audiens yang belum dioptimalkan (untapped audience) karena saat ini Adtech (advertising technology) di Indonesia masih dalam tahap pertumbuhan. Dan meskipun penetrasi internet telah membantu pengiklan namun masih terdapat data audiens yang sangat besar dan belum terjangkau, padahal hal tersebut dapat meningkatkan visibilitas."
Baca Juga: PPI Serius Perluas Jasa di Industri Sumut Pada Gelaran KIM Investment Expo 2021
"Pada dasarnya pengiklan juga sudah siap untuk membawa ledakan ke pasar ini karena pada tahun 2021 pengeluaran iklan di pasar Indonesia berada di sekitar 2.124 juta dollar Amerika Serikat, di mana 67 persen dari total pengeluaran iklan akan ditujukan ke digital," tulis Edo Fernando, Country Head Xapads Media Indonesia.
Tapi di lain sisi, pasar yang tidak terorganisir dengan potensi besar akan menyulitkan pengiklan untuk mendapatkan user yang berkualitas dan mempertahankan mereka dengan post-install engagement. Menurut eMarketer, periklanan seluler secara global yang mencakup massive search dan anggaran brand mencapai USD241 miliar pada 2019 dan diperkirakan akan tumbuh hingga USD368 miliar pada 2022. Oleh karena itu, pangsa pasar pemasangan iklan dalam aplikasi akan tumbuh 30 persen pada 2022 hingga mencapai hampir sepertiga dari pembelanjaan iklan digital.
Bagaimana industri Adtech akan merevolusi Digital Landscape
Indonesia memiliki populasi digital yang sangat aktif, oleh karena itu, Adtech akan merevolusi Digital Landscape dengan teknologi inovatif barunya, yakni 5G. Indonesia adalah rumah bagi 268 juta orang dan memiliki jumlah pengguna Internet terbesar keempat di dunia, di mana terdapat sekitar 185 juta pengguna dan 68 persen orang yang mengakses internet dari smartphone pada tahun 2021.
Menurut data Satista, 58 persen pengguna menghabiskan antara dua hingga delapan jam, dan hampir seperlima atau sekitar 20 persen dari mereka menghabiskan delapan jam atau lebih di Internet setiap harinya yang akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi dengan sekitar 267,4 juta pengguna ponsel.
Baca Juga: Daftar Aturan Baru Covid-19 Di Indonesia Setelah Muncul Varian Omicron
"Oleh karena itu, begitu 5G dapat berjalan lancar, akan lebih banyak konsumen yang akan memiliki akses ke konten di seluruh platform. Untuk tetap menjadi yang terdepan, bisnis memerlukan kecerdasan periklanan yang andal untuk mengembangkan strategi media yang efisien yang akan membantu membedakan diri mereka dari pesaing," jelas Edo.
Berbicara lebih lanjut mengenai inovasi teknologi, iklan dalam aplikasi dan di perangkat (OEM) meningkat untuk aplikasi gim dan non-gim di Indonesia, membuat penawaran dalam aplikasi akan menjadi topik yang hangat. Namun keterbatasan dalam lingkungan aplikasi telah mencegah adopsi inventaris OEM secara luas, tetapi ini berubah dengan cepat karena mobile Demand Side Platform dan jaringan iklan seluler hadir dengan solusi yang canggih untuk memungkinkan pembelian inventaris dalam aplikasi dalam skala besar sambil mengadaptasi secara langsung bidding protocols antara situs dan aplikasi.
Penggabungan antara finansial dan teknologi merupakan usaha untuk menjadi transformasi yang progresif di antara pembayaran digital dan teknologi finansial. Di mana seharusnya faktor yang mendorong lebih banyaknya pembelanjaan iklan secara digital di Indonesia mencakup teknologi finansial dan opsi keuangan alternatif, seperti Bank Digital, P2P Lending, Cryptocurrency, dan teknologi investasi e-Commerce. Dominasi grup teknologi besar seperti: Goto, SEA, Grab, EMTEK, DJARUM, dll. juga diprediksi mempimpin dan akan mencakup semua sektor kebutuhan pengguna.
Selain itu, segmen pasar terbesar adalah Pembayaran Digital dengan total nilai transaksi sebesar 54.493 juta dollar Amerika Serikat pada tahun 2020. Segmen Neobanking juga diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan pendapatan sebesar 57,8 persen pada tahun 2022. Di segmen Pembayaran Digital, jumlah pengguna yang diharapkan berjumlah 221,07 juta pengguna pada tahun 2025.
Kategori lainnya seperti Bisnis, E-commerce, Pengiriman makanan, travel, dan OTT akan meningkat tergantung pada pembaruan peraturan di wilayah tersebut. Dinamika pembelanjaan iklan pemasangan aplikasi global akan meningkat menjadi 118 miliar dolar AS pada akhir tahun 2022, sehingga menghasilkan minat yang meningkat sebagai bagian yang semakin penting dan terus berkembang dari keseluruhan pembelanjaan iklan seluler.
Indonesia adalah pasar yang mengalami pertumbuhan cepat, dengan 106 juta pengguna internet seluler pada 2019 dan diperkirakan menjadi 126 juta pada 2022. Menerapkan strategi digital holistik akan memungkinkan pengiklan untuk tumbuh di era digital. Ini akan membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dan negara ini akan menjadi rumah bagi inovasi digital di tahun-tahun mendatang.