Suara.com - Rumah Sakit (RS) Mandaya Royal Puri akan beroperasi pada pertengahan 2021. RS yang menelan investasi Rp1,1 triliun itu, akan menjadi salah satu rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dan menjadi RS rujukan nasional. Makanya selain dedesain dengan inovatif, RS Mandaya Royal Puri juga didukung oleh peralatan medis, system IT yang canggih dan tim dokter yang berkompeten. Dengan begitu, diharapkan RS Mandaya Royal Puri dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat tidak perlu lagi berobat ke luar negeri.
Presiden Direktur Mandaya Healthcare Group, Dr. Ben Widaja, MBChB (UK) mengatakan, yang menginspirasi dirinya dalam membangun rumah sakit secanggih ini adalah kebutuhan atas pelayanan kesehatan di Indonesia yang masih sangat tinggi, terutama kebutuhan atas pelayanan kesahatan yang berkualitas.
“Dari pengalaman yang saya dapatkan sewaktu belajar dan bekerja sebagai dokter di Inggris selama 8 tahun, di mana saat itu saya juga mempunyai banyak kesempatan berkunjung ke rumah sakit di negara lain seperti Amerika, Singapore dan lainnya. Dan tidak kalah penting pengalaman pribadi keluarga saya sebagai pasien juga. Kami mengidentifikasikan puluhan gaps yaitu perbedaan antara harapan pasien dan keluarganya dengan apa yang biasa mereka dapatkan sewaktu di Rumah Sakit, khususnya di Indonesia. Dari situ kami membuat berbagai rancangan untuk memberikan solusi atas gaps ini, dimulai dari desain arsitektur dan interior Rumah Sakitnya sampai ke cara melayani pasien dan keluarganya. Kami sebut ini sebagai Mandaya patient and family experience concept,” tutur saat berbincang di RS Mandaya Royal Puri beberapa waktu lalu.
Yang membedakan Mandaya Royal hospital Puri dengan RS lain adalah Konsep patient and family experience. Menurut Ben, konsep ini bisa dibilang sangat baru di Indonesia untuk sebuah rumah sakit. Berdasarkan pengalamannya, lebih dari 90 persen, keluhan pasien justru tidak berhubungan dengan medis, terutama berkaitan dengan pengalaman buruk yang dialami pasien dan keluarganya. Bagi keluarga pasien yang berduit, mereka memilih berobat ke luar negeri, di samping masalah kepercayaan, juga karena di luar negeri mereka dilayani bak raja, mereka memperoleh pengalaman yang baik di sana dibandingkan di Indonesia.
Baca Juga: Kasus Meledak, Warga Tanjungpinang Meninggal Dunia Akibat Corona Meningkat 300 Persen
Disamping itu kami mengubah total cara-cara lama dalam menangani pasien di mana biasanya perawatan hanya berpusat pada penyakit, menjadi cara-cara baru di mana perawatan berpusat pada pasien,Cara lama yang dimaksud adalah focus penangannannya hanya pada penyakitnya saja, namun kurang melihat kebutuhan pasien sebagai manusia seutuhnya dengan kompleksitasnya baik dari segi emosional, sosial, finansial, dan sebagainya.
“Saya bisa berikan satu contoh pribadi tentang nenek saya sewaktu berobat di salah satu rumah sakit. Nenek masuk Rumah Sakit karena jatuh dan patah tulang pinggul tetapi setelah itu kadar hamemoglobin menjadi sangat rendah dan tidak kunjung membaik pasca operasi. Kami agak surprise dengan jawab tim mereka, yang mengatakan bahwa mereka telah berhasil dalam mengoperasi tulang pinggul, sedangkan mengenai kadar haemoglobin itu urusan lain. Dari situ kami sadar bahwa rumah sakit tersebut masih bermashab perawatan berpusat pada penyakit, bukan perawatan berpusat pada pasien. Kelihatanya sepele, tetapi ini nilai-nilai inti (core values) yang paling mendasar. Ini terkait mengubah cara berpikir seluruh team rumah sakit dan ini butuh keseriusan dari team manajemen puncak,” katanya.
Ben mengaku sangat memahami persoalan dan harapan pasien dan keluarganya ini, karena itu pihaknya telah mempersiapkan seluruh tim, mulai dari para dokter, perawat, penunjang medis, bahkan sampai tim non-medis dengan menanamkan pemahaman mendasar bahwa rumah sakit kami ini dibangun di atas pondasi “pengalaman pasien dan keluarga”, di mana tentunya di dalamnya terdapat pemahaman tentang perawatan berpusat pada pasien, bukan hanya penyakit.
“Dokter-dokter spesialis bekerja dalam team ketika menangani pasien. Seringkali kondisi pasien cukup kompleks membutuhkan multi disiplin ilmu dan spesialisasi, kami membangun sistem komunikasi antar spesialis melalui sistem IT yang terintegrasi, yang kami sebut sebagai MandayaAlert360o,” ucapnya.
Perubahan paradigma dalam desain arsitektur juga sangat penting untuk mewujudkan konsep patient & family experience ini. Sebagai salah satu contoh adalah kami membuat kamar IGD private, di mana satu pasien menempati satu ruang. Menurut pengetahuan kami, masih sangat jarang sekali Rumah Sakit didesain seperti itu baik di Indonesia, maupun di dunia. Dengan sistem satu pasien satu kamar IGD, membuat pasien dan keluarganya lebih nyaman, secara medis juga lebih baik karena menghindarkan cross-infection, bahkan secara mental juga lebih bagus karena kejadian tragis di ruangan pasien sebelah tidak akan mengganggu. Dengan ruangan terpisah partisi kedap suara tentu akan menciptakan pengalaman yang lebih baik dibandingkan antar ruang hanya dibatasi oleh selembar korden.
Baca Juga: Update Terkini Covid-19, RSD Wisma Atlet Didatangi 405 Pasien Dalam Semalam
Inovasi desain lainnya ada di ICU di mana kami juga menerapkan standard satu pasien satu ruangan dengan sistem pengendalian infeksi yang sangat ketat. Penjenguk atau keluarga pasien bisa melihat pasien di ICU melalui jendela besar dengan sistem komunikasi menggunakan switchable smart glass dan intercom, tanpa harus memasuki area rawat ICU. Ini untuk mengurangi masuknya virus dan bakteri yang dibawa penjenguk ke dalam area ICU. Khusus untuk keluarga pasien atau penjenguk yang akan memasuki ruang pasien ICU, maka mereka harus mengikuti protokol standard keamanan kesehatan yg tinggi, yaitu harus melalui Disinfecting Chamber, menggunakan masker dan hairnet, serta membungkus penuh sepatunya dengan kantong yang khusus disediakan.
Ruang rawat jalan kami bukan seperti hall besar dengan ruang tunggu yang penuh tempat duduk berhimpitan. Ruang rawat jalan, kami bagi dalam 14 kluster, di mana dipisahkan antara pasien yang sehat dengan pasien yang sedang terinfeksi, dan setiap kluster memiliki ruang tunggu sendiri-sendiri.
Secara keseluruhan bisa kami katakan bahwa suasana atau ambience Rumah Sakit kami lebih kepada rumah sehat ketimbang rumah sakit. Dengan mengkombinasikan konsep rumah sakit, mall, hotel, dan rumah tinggal menjelma menjadi Mandaya Royal Hospital Puri.
Saat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, tentunya pasien berharap akan kesembuhan, dan itu artinya peran dokter dan dokter spesialis menjadi sangat penting apalagi pasien bisa saja membanding-bandingkan dengan Rumah Sakit lain di Luar Negeri. Untuk itu kami Mandaya Royal Hospital Puri mendapat team dokter yang hebat dengan beberapa cara. jika seorang dokter senior tentu bisa menentukan pilihan dengan Rumah Sakit mana mereka akan bergabung. Buat mereka uang sudah menjadi nomer dua, aktualisasi diri dan kebanggaan menjadi nomer satu.
Salah satu yang menjadikan dokter senior bangga dan merasa bisa mengakutalisasikan diri adalah manakala mereka bisa bekerja di sebuah Rumah Sakit yang memiliki peralatan modern dan canggih, dibarengi dengan memiliki konsep pelayananan yang jelas dan kuat, serta yang mempunyai kerjasama dengan institusi lain yang lebih hebat di dunia.
Dengan adanya konsep patient and family experience dan konsep perawatan berpusat pada pasien, dan dibarengi dengan ketersediaan peralatan medis yang lengkap canggih, mampu membuat para dokter spesialis dan sub-spesialis menjatuhkan pilihan untuk berkembang bersama Mandaya Royal Hospital. Dan kamipun sudah menanamkan suatu pemahaman pentingnya kerjasama dan integrasi antar disiplin ilmu dan spesialisasi dalam menangani pasien.
Pada tingkat dunia, kami bekerjasama secara medis dengan beberapa rumah sakit terkemuka di dunia, salah satunya adalah dengan Royal Brompton & Harefield Hospitals, London, UK, untuk urusan jantung dan paru. Royal Brompton ini merupakan top 10 di dunia terutama untuk urusan jantung dan paru. Kerjasama ini berupa berbagi pengetahuan (knowledge sharing), training, melakukan diagnosa bersama-sama untuk kasus penyakit sulit, ataupun memberikan opini atas hasil laboratorium, radiologi, ataupun penelitian diagnostik lainnya. Dengan Kerjasama medis di tingkat dunia (dari Inggris dan Amereika Serikat) ini, pasien dengan mudah bisa meminta opini kedua (second opinion) dari Rumah Sakit Mitra kami tanpa harus meninggalkan Indonesia, atau repot-repot mesti pindah-pindah Rumah Sakit.
Hampir semua peralatan medis kami merupakah pengembangan teknologi mutakhir, seperti MRI Ingenia Ambition X dengan ambience experience, pertama di Indonesia. CT Scan IQon Spectral CT dengan ambiance experience, juga yang pertama di Indonesia. Teknologi canggih ini menghasilkan gambar lebih baik untuk bisa mendiagnosa lebih akurat, Ambiance experience ini menarik, interaktif, memberikan pengalaman unik untuk pasien. Pasien dapat memilih tema suasana ruangan, audio-video yang bisa ditonton dan didengar selama pemeriksaan, serta Mammogram dengan 3D Tomosynthesis untuk deteksi kanker payudara.
Advanced Laboratory: Patologi klinik, patologi anatomi, mikrobiologi – Lebih dari 1000 jenis pemeriksaan lab yang terintegrasi dengan hospital IT system, digital pathology scanner untuk digitalisasi gambar jaringan kanker dengan resolusi tinggi untuk kepentingan diskusi dengan world-class partner kami, frozen section, immune-histokimia dan lain-lain.
Mandaya Alert 360o Concept – sistem IT canggih dan terintegrasi. Di mana sistem monitoring devices pasien dengan berbagai software monitoring telah kami integrasikan. Bukan hanya data pasien yang dikemas secara elektronik atau paperless, tetapi yang terpenting adalah dokter dan tenaga medis lainnya bisa melakukan monitoring informasi di mana dan dari mana saja. Dokter-dokter kami bisa dengan mudah, melalui telepon genggam atau computer, melihat dan mengamati keadaan pasien secara real-time. Mereka bisa mendapatkan notifikasi warning otomasis dari sistem IT, apabila keadaan pasien memburuk, melaui apa yang disebut sebagai early warning system.
Clinical Decision Support System - sistem ini membantu dokter meminimalkan kemungkinan kesalahan dalam memberikan obat. Sistem komputer akan memberi tahu apabila obat yang akan diberikan ternyata merupakan kontra indikasi dengan penyakit pasien, atau apabila antar obat yang satu dengan yang lain memiliki efek saling memperkuat reaksi atau memiliki efek saling melemahkan. Sistem CDS ini terutama berfungsi untuk keamanan dan keselamatan pasien. Dengan total 350 bed, luas tanah 10.000 m2 dan luas bangunan 55.000 m2. Serta total 16 lantai (13 lantai bangunan, 3 lantai basement)
Dr. Ben Widaja, MBChB (UK) yang memiliki hobi fotografi dan teknologi. Sangat suka mengikuti perkembangan teknologi, seperti pada fotografi, automotif, sampai ke software untuk bisnis, dan termasuk mempelajari detailnya sampai ke trial utak atik teknologi baru tersebut. Selain itu juga suka dengan international history. Misalnya ada di instagram beliau yang bercerita tentang perkembangan teknologi CT Scan 125 tahun. Menarik sekali melihat awal mulanya sampai ke sekarang CT Scan canggih yang di beli untuk Mandaya.