Suara.com - Belanja online kian diminati beberapa tahun belakangan di Indonesia. Terlebih, dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum juga usai seperti sekarang.
Tentu saja, aktivitas ini dinilai lebih aman dari risiko penularan virus, hingga praktis dan memudahkan masyarakat.
Tak heran saat ini banyak pelaku usaha yang mulai merambah ke dunia digital, tak terkecuali mereka yang menekuni bidang barang konsumen yang bergerak cepat atau Fast Moving Consumer Goods (FMCS).
Produk-produk tersebut dikenal dapat terjual secara cepat dengan harga yang relatif murah, dan biasanya merupakan kebutuhan sehari-hari. Kini, pemilik UMKM dapat dengan bebas menggunaka berbagai aplikasi ritel FMCG atau aplikasi Mitra.
Baca Juga: Dibacok Saat Tidur, Pemilik Warung Kelontong Tewas Mengenaskan
Berdasarkan data App Annie Januari-Februari 2021, aplikasi Mitra Tokopedia berhasil menduduki peringkat nomor satu di kategori aplikasi ritel FMCG karena tercatat memiliki jumlah rata-rata pengguna aktif harian tertinggi.
Mitra Tokopedia yang memimpin kategori aplikasi ritel FMCG, mencatatkan lonjakan rata-rata pengguna aktif harian pada platform Android hingga hampir 50 persen pada bulan Januari-Februari 2021, jika dibandingkan dengan rata-rata pengguna aktif harian selama Q4 2020.
Selain Mitra Tokopedia, aplikasi serupa seperti Mitra Bukalapak, Mitra Shopee, Payfazz dan GrabKios yang juga turut terdaftar dalam kategori ini, masing-masing menempati peringkat dua hingga lima.
Melalui berbagai aplikasi ritel FMCG, pegiat usaha tradisional kini dapat menambah penghasilan dengan berjualan produk digital, seperti pulsa, token listrik, voucher game, pembayaran tagihan dan lainnya, serta mengisi stok warung atau toko dengan lebih efisien hanya melalui genggaman tangan.
Hal ini, tentu sejalan dengan usaha pemerintah yang tengah membangkitkan sektor usaha penopang ekonomi kerakyatan ini.
Baca Juga: Porsi Makan Segunung Bikin Ibu Warung Murung
Mengingat, pada tahun 2019, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat, jumlah warung tradisional di Indonesia telah mencapai lebih dari 3,5 juta.
Pemilik warung, toko kelontong dan usaha sejenis adalah bagian dari UMKM lokal yang berkontribusi lebih dari 60 persen pendapatan negara dan otomatis punya dampak besar terhadap pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini terdampak pandemi.
Kolaborasi antara pemerintah dan pengembang aplikasi ritel FMCG tentu terus dibutuhkan guna membantu para pegiat usaha tradisional, guna mengembangkan usaha mereka di tengah pandemi Covid-19, sekaligus mendorong pemulihan perekonomian Indonesia.