Suara.com - Meski Indonesia memiliki wilayah kelautan yang luas dan potensi ikan yang juga melimpah dan beragam, namum pendapatan nelayan di Tanah Air masih relatif rendah.
Para nelayan hanya mendapatkan sekitar, Rp1,1 juta. Prospek yang buruk ini membuat masyarakat menjauh dari industri perikanan, dan selama 10 tahun terakhir jumlah nelayan di Indonesia telah menurun drastis.
Hal ini membuat Utari Octavianty, seorang inovator dan alumni dari program Royal Academy of Engineering, Leaders in Innovation Fellowship di Inggris, yang dibesarkan dalam komunitas nelayan di sepanjang pantai Kalimantan, menyadari satu hal.
Bahwa nelayan tidak hanya dibayar rendah, tetapi industri ini juga menderita karena rantai pasokan yang tidak efisien, data dan kontrol kualitas yang buruk, dan kenaikan harga yang tinggi.
Baca Juga: Penyelamatan Dramatis 3 Nelayan Oleh Polairud Karimun Usai Kapal Rusak
Merasa termotivasi untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah tersebut, Utari ikut mendirikan sebuah e-commerce start-up bernama 'Aruna'. Inisiatif itu dilakukan untuk mengatasi masalah di industri perikanan dengan menggunakan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan di Indonesia.
Pada awalnya, Aruna didirikan sebagai Platform Data Perikanan, namun kemudian berkembang sebagai salah satu platform e-commerce perikanan terintegrasi terkemuka di Indonesia.
Para nelayan dapat menjual hasil tangkapannya dengan harga yang layak melalui Aruna, yang berfungsi sebagai platform lelang ikan digital dan pasar produk makanan laut.
Platform ini memastikan bahwa ada transparansi di seluruh proses perdagangan - nelayan dapat langsung melihat nilai sebenarnya dari hasil tangkapan mereka.
Saat ini, sekitar 15.000 nelayan dari 15 lokasi di Indonesia telah bergabung dengan Aruna dan menikmati peningkatan pendapatan sebesar 20 persen; sebuah prestasi yang sangat mengesankan yang diharapkan Utari akan terus meningkat kedepannya.
Baca Juga: Waduh! Area Es Terakhir di Arktik Akan Menghilang?
“Materi yang diberikan selama pelatihan LIF in-house merupakan ilmu yang sangat saya butuhkan untuk menghadapi tantangan-tantangan di Aruna. Sampai hari ini saya masih berhubungan dengan salah satu mentor LIF saya, Kate Bidding, karena nasihatnya sangat berharga bagi saya dan perusahaan kami," kata Utari dalam keterangan pers pada Suara.com, Kamis, (14/1/2021).
Mayoritas dari bisnis Aruna kini berfokus pada ekspor produk perikanan ke Cina, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia sekitarnya. Namun, dengan pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19, Utari memutuskan untuk mengadaptasi model bisnis Aruna dan fokus pada pasar lokal.
Aruna kemudian berkolaborasi dengan platform e-commerce grosir lokal untuk menambahkan produk ikan ke katalog mereka. Alhasil, pelanggan kini dapat membeli produk langsung dari nelayan Aruna di toko online 'Seafood by Aruna' melalui aplikasi e-commerce seperti Tokopedia, Bulakapak dan Shopee.
Setelah memenangkan Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge pada bulan April tahun 2019, Aruna terus menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan pengakuan global.
Utari ingin memperluas layanan Aruna dan meningkatkan akses nelayan Indonesia terhadap sumber daya dasar lain seperti listrik, air bersih, dan internet.
Selain itu, Utari ingin menggunakan platform Aruna sebagai peluang peningkatan kapasitas nelayan Indonesia dengan menawarkan pelatihan penangkapan ikan secara berkelanjutan, pengolahan ikan, pengelolaan keuangan, dan tutorial tentang cara menggunakan aplikasi Aruna.