Defisit Penyuluh Pertanian, Bayer Ajak Mahasiswa Jadi Agen Perubahan

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 23 September 2020 | 15:35 WIB
Defisit Penyuluh Pertanian, Bayer Ajak Mahasiswa Jadi Agen Perubahan
Dr. Vira Kusuma Dewi, pengajar dari Universitas Padjajaran saat menyampaikan paparannya mengenai manfaat mengikuti Bayer Safe Use Ambassador (BSUA) bagi mahasiswa. (Foto: Dok. Bayer)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 menyadarkan pentingnya pengembangan dan pembangunan di sektor pertanian bagi pembangunan ekonomi Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2020 yaitu tumbuh sebanyak 2,19%.

Peran penyuluh penting dalam upaya meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. Mereka adalah corong informasi bagi petani dalam menerima berbagai produk penelitian dan pengembangan teknologi di bidang pertanian. Akan tetapi, sebagai negara berbasis pertanian, Indonesia mengalami defisit tenaga penyuluh pertanian.

Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut idealnya, setiap desa setidaknya memiliki satu penyuluh pertanian. Sekarang, satu penyuluh bisa bertanggung jawab pada dua sampai lima desa. Karenanya, Indonesia membutuhkan 42.500 tenaga penyuluh pertanian baru.

Upaya pemerintah menambal jumlah defisit tenaga penyuluh pertanian kerap menghadapi sejumlah kendala. Karenanya, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

UU tersebut menjadi dasar keberadaan penyuluh swadaya dan swasta yang lahir dengan prinsip partisipatif.

"Bayer Indonesia melihat potensi universitas sebagai salah satu komponen masyarakat yang memiliki potensi besar dalam upaya mengatasi defisit penyuluh pertanian di Indonesia. Mahasiswa pertanian dapat menjadi agent of change yang turun langsung ke petani di lapangan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi pertanian yang komprehensif," sebut Mohan Babu, Direktur Bayer Indonesia dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Rabu (23/9/2020).

Inisiatif tersebut melahirkan kolaborasi antara Bayer dengan universitas melalui Bayer Safe Use Ambassador (BSUA). Dengan keterlibatan mahasiswa langsung ke lapangan, Bayer optimis BSUA dapat memberikan nilai tambah dan pengalaman pembelajaran langsung.

Selama penyelenggaraan BSUA sejak tahun 2017, ada 1.500 mahasiswa menjadi peserta dan memberikan edukasi kepada setidaknya 3.000 petani Indonesia.

Hingga 2019, Bayer Indonesia telah berkolaborasi dengan tujuh universitas. Universitas tersebut adalah Universitas Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Brawijaya (Unibraw), Universitas Negeri Lampung (Unila) dan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).

Baca Juga: DPR : Alsintan Jadi Terobosan Kementan Tingkatkan Nilai Tambah Petani

BSUA 2019 ini dimenangkan oleh mahasiswa pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan yang bersangkutan berhak mendapatkan educational trip ke Jerman. Namun, akibat pandemi, keberangkatan ditunda hingga waktu yang akan ditentukan kemudian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI