Suara.com - Tugas pelajar adalah belajar. Tapi, belajar tak semata-mata mengejar nilai. Jauh lebih penting dari itu, para generasi muda ini juga harus mampu menggunakan ilmu dan pengetahuannya untuk hal-hal yang berdampak positif.
Meyakini bahwa pendidikan anak tidak hanya sekedar belajar di dalam kelas, Sekolah Internasional Sinarmas World Academy (SWA) memberikan mata pelajaran Creative, Action, Service (CAS) yang memberikan kesempatan pada muridnya untuk berkontribusi kepada komunitas dan merefleksikan diri dari pengalaman mereka tersebut.
“CAS merupakan bagian bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perkembangan dan pendidikan murid, karena merupakan wadah untuk experiential learning. Mulai dari kelas 6, siswa sudah mulai dibimbing untuk merencanakan, menjalankan dan merefleksikan service projects yang berarti bagi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Pada kelas 11 dan 12, mereka memimpin inisiatif bermanfaat secara kolaboratif dan tertanam rasa peduli terhadap isu-isu sosial di sekelilingnya.” jelas Elma Moeloek selaku guru pembimbing CAS SWA dalam webinar bertema More Than Just Grade, Jumat (14/8/2020).
Sebelum pandemi Covid-19 dan pembatasan fisik diberlakukan, kegiatan CAS Riviera English, di mana murid SWA mengajarkan bahasa inggris kepada SD negeri setempat, dan United We Ball yang mengundang anak-anak untuk belajar bermain basket menggunakan fasilitas SWA, secara rutin dilakukan.
Baca Juga: Akses Internet Gratis di Masjid Untuk Pelajar
Dengan pandemi Covid-19 yang masih terus terjadi, murid SWA berupaya berkontribusi melalui inisiatif kegiatan CAS seperti Project 4Hope, di mana murid menggalang dana, memproduksi APD untuk didistribusikan ke rumah sakit. Ada juga inisiatif Industrial Safeguard Initiative (ISI), yang membuat face-shield untuk tenaga medis di seluruh Indonesia, dan inisiatif TelurBagiBangsa, yang membagikan telur untuk masyarakat kurang mampu yang terdampak Covid19 dan memastikan mereka mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Dengan adanya pandemi Covid-19, partisipasi anak muda dalam kegiatan relawan dan sosial memang sangat diperlukan.
“Anak muda harus mau membantu, bergerak. Tantangan utama saat ini bukanlah ketidaktahuan. Banyak anak muda yang pintar dan aware banyak hal, tapi yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mengubah perilaku, yang bukan hanya tahu tapi mengerti dan mau melaksanakannya,” jelas Andre Rahadian, S.H., LL.M., M.Sc. selaku Ketua Tim Koordinasi Relawan Gugus Tugas Covid 19, dan Ketua Umum ILUNI UI 2019-2022.
Melalui kegiatan relawan kolaboratif, para pelajar dan generasi muda diajarkan bukan hanya pengetahuan baru, namun juga nilai etika, simpati, empati, dan kesempatan mengasah soft skills lainnya seperti kolaborasi, komunikasi, kemandirian, creative-thinking, pengaturan waktu, adaptasi, semangat gotong-royong, strategic thinking, dan problem-solving. Generasi penerus bangsa, tidak cukup hanya mengejar nilai, tapi harus membawa prestasi bagi Indonesia dan dampak positif di manapun mereka berada.
Baca Juga: Hari Anak Nasional, Mendikbud: Generasi Muda Kita Siap Hadapi Masa Depan