Suara.com - Di Indonesia saat ini tercatat ada sekitar 14.000 orang pengungsi dan mencari suaka di Indonesia. Kebanyakan dari mereka, khususnya anak-anak, nasibnya cukup mengenaskan.
Kondisi ini rupanya menjadi perhatian bagi Hope Learning Center (HLC). Bekerja sama dengan Yamaha, HLC menggelar program "Music Time" yang bertujuan menghibur para pengungsi dengan musik.
Di sini, mereka mengajar 120 pengungsi anak-anak dari negara-negara seperti Afghanistan, Pakistan, Iran, Irak, Yaman, dan Ethiopia untuk mendapatkan pendidikan secara gratis.
Karena musik adalah bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah, pelajaran bermusik adalah salah satu yang menjadi perhatian dari HLC.
Baca Juga: Band Armada Rilis Lagu Baru, Cerita Sang Gitaris 3 Kali Ditolak Cewek
"Mrs Mei Chou Donovan, istri dari Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia yang memberi tahu saya tentang kesempatan ini dan saya bersyukur dapat membantu karena saya yakin melalui musik, anak−anak di pengungsian ini paling tidak dapat merasa gembira dan bahagia," kata Mr Shinichi Takenaga selaku Presiden Direktur Yamaha Musik Indonesia (Distributor).
Berkat lebih dari 45 tahun pengalaman pada pendidikan musik di Indonesia, Yamaha telah membuat program serupa di banyak sekolah negeri maupun swasta di Indonesia dan memiliki reputasi yang, menurut Mrs Mei Chou Donovan, mampu meningkatkan Hope Learning Center dalam menyediakan lingkungan belajar−mengajar yang lebih baik.
"Mengajar musik merupakan hal baru bagi kebanyakan guru di Hope Learning Center. Bahkan bagi anak−anak di sana, banyak dari mereka yang belum pernah melihat alat musik sebelumnya. Jadi kami menyusun kurikulum yang sederhana tapi mampu membuat para guru bisa mengajar musik," Mr Takenaga menambahkan.
Program Music Time di Hope Learning Center mencakup seminar untuk para guru dan donasi instrumen seperti pianika, gitar, dan recorder.
"Karena musik penting bagi hidup kita dan merupakan makanan bagi jiwa, kami berencana memasukkan musik dalam kurikulum sekolah kami pada tahun 2020 dan juga atas desakan komunitas, kami berencana membuat departemen khusus musik. Sehingga, langkah ini membutuhkan guru musik profesional yang harus lulus workshop dan seminar. Kami berharap dapat berkolaborasi dengan Yamaha untuk jangka waktu lama," ujar Mr Naweed Aieen selaku Direktur Hope Learning Center.
Baca Juga: Aku Tanpamu, Mimpi Maizura yang Jadi Nyata
Menurut Mr Takenaga, program Music Time ini sejalan dengan filosofi perusahaan, "Yaitu berkontribusi terhadap masyarakat melalui suara dan musik. Kami tidak menganggap masalah pengungsi secara politik, tapi melihatnya sebagai sesama manusia. Dalam situasi yang membuat anak−anak terpisah dari negara tempat dulu mereka tinggal, membuat saya menyadari pentingnya membantu menyediakan tempat yang membuat mereka merasa diterima," tutur Mr Takenaga.