Suara.com - Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang didorong oleh pemerintah saat ini merupakan bagian dari antisipasi kedatangan revolusi industri jilid keempat dengan peran smart technology, artificial intelligence, dan robotics yang dominan. Untuk mendukung hal ini, pemerintah akan fokus pada peningkatan kualitas guru, pemanfaatan teknologi dalam pengembangan metode pengajaran sehingga siap terjun dalam industri 4.0.
Education 4.0 adalah elemen penting dalam mewujudkan Indonesia 4.0 dan menembus sepuluh negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Dan sejalan dengan visi dan misi Indonesia 4.0, Jakarta Intercultural School juga memiliki komitmen besar untuk meraih cita-cita tersebut.
"Kami berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui program STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics) yang sesuai dengan konsep Education 4.0. Dengan menerapkan program STEAM, JIS siap melahirkan para pemimpin masa depan yang dapat memahami tujuan pembangunan berkelanjutan dan mengaplikasikan kompetensi global,” ujar Dr. Tarek Razik, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Suara.com.
Pengajaran STEAM merupakan pendekatan pendidikan dengan lima ilmu pengetahuan di atas sehingga anak dapat berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, siap menjadi warga global dan komunikator, kolaborator, pemimpin, kreator dan wirausaha.
Baca Juga: Kemenperin Pamer Making Indonesia 4.0 di Ajang Internasional
Untuk mendukung STEAM, JIS juga meresmikan gedung baru untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama bernama S Module. S diambil dari STEAM untuk mendukung aktivitas para murid di bidang STEAM, seperti coding, programming, robotics, desain dan lainnya.
Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D. juga mengapresiasi langkah JIS yang sudah lebih dulu memperkenalkan STEAM kepada siswanya. "Selamat, ini adalah inisiatif pertama dalam memperkenalkan revolusi industri 4.0 kepada siswa middle school (SMP)," ujarnya saat meresmikan gedung S Module, Kamis (17/1/2020).
Menariknya, Bambang juga melihat cara menggabungkan teknologi dan seni adalah sesuatu yang berbeda. Bahkan bisa dibilang tidak lazim. "Sejujurnya, pada sistem kita di Indonesia, seni dinilai sangat berbeda dengan sains, teknologi, teknik dan matematika. Seni lekat dengan kultur dan sosial. Lalu, kenapa seni di sini, bersama sains, teknologi, teknik dan matematika? Jadi ini ide yang inovatif," ungkapnya.
Ia menambahkan, upaya memasukan seni ini untuk mendorong kreativitas. “Sains, teknologi, teknik dan matematika untuk penguatan latar belakang atau dasar. Tetapi untuk berbuat sesuatu kita butuh kreativitas. Yang membuat kita menang dalam kompetisi kadang kreativitas. Dan kreativitas akan lebih baik jika didorong oleh dasar yang kuat," ujarnya lagi.
40 Ribu SMP Siap Berubah
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Poppy Dewi Puspitawati M.A. mengapresiasi langkah yang sudah diambil oleh JIS dalam membangun gedung khusus untuk mengembangkan minat serta bakat siswa dalam bidang STEAM, yaitu Gedung S Module.
Baca Juga: Mantap: Sektor Otomotif Masuk Unggulan Making Indonesia 4.0
Dia bahkan menilai langkah itu bisa memberikan dampak positif terhadap sekolah-sekolah lain. Dia pun berharap sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) bisa mencontoh langkah tepat yang sudah dilakukan JIS.
"Mudah-mudahan akan menular ke SPK-SPK lain. Karena SMP di Indonesia ada 40 ribu. Kalau bisa bangun di tiap Kabupaten-Kota sekolah seperti ini, sehingga mudah-mudahan Indonesia siap menyambut perubahan zaman. Saya yakin sejalan dengan perkembangan dinamika global abad 21, perkembangan sains dan teknologi yang pesat dan dikaitkan revolusi industri 4.0, kita perlu mempersiapkan generasi muda dengan tuntutan kompetensi yang sangat berbeda," jelasnya.