Suara.com - Pembersihan besar-besaran bintang laut berduri (Crown of Thorns) pemakan karang yang dikenal sebagai Mahkota Duri (Acanthaster planci) telah dilakukan oleh Yayasan Konservasi Kepuluan Togean di 22 lokasi snorkeling dan terumbu karang yang populer di seluruh Kepulauan Togean.
Didukung oleh beberapa resort lokal, relawan internasional dan lokal serta Taman Nasional Kepulauan Togean, Konservasi
Kepulauan Togean yang didirikan pada Desember 2018, berhasil mengumpulkan secara manual 8511 bintang laut selama tiga minggu di sekitar pulau wisata Una-Una, Kadidiri dan Malenge.
Bintang laut berduri banyak memakan terumbu karang ketika populasinya membengkak di seluruh wilayah Indo-Pasifik, ini menyebabkan kerusakan besar pada karang dan mengancam mata pencaharian nelayan dan juga mereka yang bekerja di industri pariwisata.
Baca Juga: 17 UU Keamanan Laut Hambat Investasi, Mahfud Bahas Omnibus Law dengan Luhut
Pemerintah Australia menghabiskan 58 juta dolar untuk membersihkan bintang laut berduri dari Great Barrier Reef karena menyebabkan 70-80 persen kematian karang di wilayah tersebut. Komunitas nelayan lokal di Togean sebagian besar tidak menyadari bagaimana masalah ini berdampak pada mata pencaharian mereka. Para nelayan tidak bersedia untuk menyisihkan waktu mereka untuk mengumpulkan bintang laut berbahaya ini. Beberapa dive center telah mencoba untuk membersihkan terumbu karang disekitar tetapi mendapat kesulitan karna jumlah baru yang muncul karena setiap bintang dewasa dapat bertelur hingga 65 juta telur per musim nya.
Yayasan sedang melakukan penelitian tentang kemungkinan menggunakan bintang laut berduri untuk membuat pupuk organik untuk peternakan, “Jika kita berhasil membuat formula yang dapat meningkatkan kesuburan tanah di Togean, para petani kita akan melihat keberhasilan, dan data membayar masyarakat untuk mengumpulkan bintang laut tersebut” jelas Stephanie Garvin sukarelawan dari Irlandia Utara.
Saat ini, pendanaan untuk penelitian ini masih didapatkan dari para sukarelawan internasional.
"Wabah Crown of Thorns biasanya hanya dapat dikendalikan
secara efektif ketika banyak pelaku penting yang terlibat. Dalam proyek ini, resort dan pemandu selam mereka, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang terumbu karang, dapat memberikansaran tentang area yang menjadi target.
Baca Juga: Angkatan Laut AS Larang Penggunaan TikTok
Yayasan menyatakan “Sejauh yang kami ketahui, pemerintah daerah belum mengalokasikan dana atau menyusun strategi untuk menghadapi ancaman besar ini di Tojo Una-Una. Kami sangat berterima kasih kepada para sponsor kami, Sanctum Dive, Pristine Paradise, Kadidiri Paradise, Harmony Bay, Malenge Indah, Bahia Tomini dan resort Sandy Bay karena menyediakan akomodasi, makanan, dan peralatan selam untuk para sukarelawan ”.
Konservasi Kepulauan Togean menyatakan bahwa pembersihan perlu dilanjutkan selama 2-3 tahun sebelum populasi dapat kembali normal karena ini adalah waktu yang diperlukan bagi larva untuk muncul di terumbu saat dewasa.
Yayasan percaya dengan kerja sama dan dukungan yang lebih baik dari semua pelaku yang berkepentingan seperti TNKT (Taman Nasional Kepulauan Togean), Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan, dan pemilik resort, kami akan dapat mengatasi masalah lingkungan di Kepulauan Togean.