Pembersihan Crown of Thorns Di Kepulauan Togean

Kamis, 26 Desember 2019 | 13:26 WIB
Pembersihan Crown of Thorns Di Kepulauan Togean
Terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat, yang rusak oleh kapal pesiar, MV Caledonian Sky. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pembersihan besar-besaran bintang laut berduri (Crown of Thorns) pemakan karang yang dikenal sebagai Mahkota Duri (Acanthaster planci) telah dilakukan oleh Yayasan Konservasi Kepuluan Togean di 22 lokasi snorkeling dan terumbu karang yang populer di seluruh Kepulauan Togean.

Didukung oleh beberapa resort lokal, relawan internasional dan lokal serta Taman Nasional Kepulauan Togean, Konservasi

Kepulauan Togean yang didirikan pada Desember 2018, berhasil mengumpulkan secara manual 8511 bintang laut selama tiga minggu di sekitar pulau wisata Una-Una, Kadidiri dan Malenge.

Bintang laut berduri banyak memakan terumbu karang ketika populasinya membengkak di seluruh wilayah  Indo-Pasifik,  ini  menyebabkan  kerusakan  besar  pada  karang  dan  mengancam  mata pencaharian  nelayan  dan  juga  mereka  yang  bekerja  di industri  pariwisata.  

Baca Juga: 17 UU Keamanan Laut Hambat Investasi, Mahfud Bahas Omnibus Law dengan Luhut

Pemerintah Australia  menghabiskan 58 juta dolar untuk membersihkan bintang laut berduri dari  Great  Barrier  Reef  karena  menyebabkan  70-80 persen kematian karang di wilayah tersebut. Komunitas nelayan lokal  di  Togean  sebagian  besar  tidak  menyadari bagaimana masalah ini berdampak pada mata pencaharian mereka. Para nelayan tidak bersedia untuk menyisihkan waktu  mereka  untuk  mengumpulkan  bintang  laut berbahaya ini. Beberapa dive center telah mencoba untuk membersihkan terumbu karang disekitar tetapi mendapat kesulitan karna jumlah baru yang muncul karena setiap bintang dewasa dapat bertelur hingga 65 juta telur per musim nya.

Yayasan sedang melakukan penelitian tentang kemungkinan menggunakan bintang laut berduri untuk membuat pupuk organik untuk peternakan, “Jika kita berhasil membuat formula yang dapat meningkatkan kesuburan tanah di Togean, para petani kita akan melihat keberhasilan, dan data membayar masyarakat untuk mengumpulkan bintang laut tersebut” jelas Stephanie Garvin sukarelawan dari Irlandia Utara.

Saat ini, pendanaan untuk penelitian ini masih didapatkan dari para sukarelawan internasional.

"Wabah Crown of Thorns biasanya hanya dapat dikendalikan

secara efektif ketika banyak pelaku penting yang terlibat. Dalam proyek ini, resort dan pemandu selam mereka, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang terumbu karang, dapat memberikansaran tentang area yang menjadi target.

Baca Juga: Angkatan Laut AS Larang Penggunaan TikTok

Yayasan menyatakan “Sejauh yang kami ketahui, pemerintah daerah belum mengalokasikan dana atau menyusun strategi untuk menghadapi ancaman besar ini di Tojo Una-Una. Kami sangat berterima kasih kepada para sponsor kami, Sanctum Dive, Pristine Paradise, Kadidiri Paradise, Harmony Bay, Malenge Indah, Bahia Tomini dan resort Sandy Bay karena menyediakan akomodasi, makanan, dan peralatan selam untuk para sukarelawan ”.

Konservasi Kepulauan Togean menyatakan bahwa pembersihan perlu dilanjutkan selama 2-3 tahun sebelum populasi dapat kembali normal karena ini adalah waktu yang diperlukan bagi larva untuk muncul di terumbu  saat  dewasa.  

Yayasan  percaya  dengan  kerja  sama  dan dukungan  yang  lebih  baik  dari  semua  pelaku  yang  berkepentingan seperti TNKT (Taman Nasional Kepulauan Togean), Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan, dan pemilik resort, kami akan dapat mengatasi masalah lingkungan di Kepulauan Togean.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI