Suara.com - Kenalkan Metode Belajar Anak Lewat Buku Sentra, Inspiring School
Penerapan belajar pada anak identik dengan hafalan atau tahapan dari lower order of thinking, kenyataannya, level pemahaman sudah bisa dibentuk bersamaan saat anak mulai melatih motorik kasar dan halus, bahasa, maupun rasa percaya diri.
"Bahkan membangun empati dan jiwa sosial menjadi domain berpikir yang bisa dibangun sambil bermain sejak usia dini. hal tersebut merupakan hasil progress unit pendidikan usia dini pada yayasan Rumah Perubahan yang saya pimpin selama 15 tahun," kata Rhenald dalam Diskusi Buku Series on Education, buku barunya: Sentra, Inspiring School.
Rhenald dan Rhenald bersama istrinya, Elisa Kasali, penulis Series on Education, memaparkan pencapaian anak-anak yang dibimbingnya selama 15 tahun dan menunjukkan progres yang membanggakan, kendati anak-anak berasal dari kalangan kurang mampu.
Baca Juga: Penulis Buku 'The Blue Zones Kitchen' Beberkan Rahasia Umur Panjang!
Menggunakan studi dan hasil terbaru dalam neuroscience, Rhenald bersama Elisa Kasali menemukan ternyata untuk membentuk karakter, anak-anak sudah mampu mengenal mana yang baik dan mana yang “jahat” atau mana yang lebih baik dalam kehidupan.
Teknologi Bisa Membantu, Tetapi...
Dari pengalamannya di kampus, bersama Elisa istrinya, Prof. Rhenald lalu mendirikan Yayasan Rumah Perubahan yang salah satu kegiatannya adalah menyediakan sekolah bermutu untuk anak-anak kurang mampu pada level dasar.
Sebuah lab dibangun dengan rujukan dari Beyond Centers and Circle Time (BCCT) yang dibimbing ahli perkembangan anak dari Florida State University. Dan perkembangan anak dipantau, bahkan sebuah bengkel dikembangkan untuk membuat alat permainan edukatif yang bisa merangsang anak berpikir.
Rhenald mengatakan, ketika teknologi bergerak begitu cepat dan mengubah berbagai lini kehidupan, ada bidang yang masih harus dibongkar sampai ke akarnya , yakni bidang pendidikan.
Padahal para pemangku kepentingannya selalu ingin melompat pada content-nya, apakah itu matematika, bahasa, science, dan fisika. Padahal di balik itu semua ada kecerdasan mendasar yang masih harus dibangun guru untuk memudahkan tahap berikutnya dalam menerima ilmu-ilmu canggih itu
"Kami menaruh perhatian dalam bidang pendidikan anak usia dini. Inilah fase paling krusial dalam pendidikan," katanya saat diskusi buku.
Kisahnya berawal dari 1998. Saat kembali ke Indonesia usai menamatkan studi S3 di University of Illinois at Urbana-Champaign di Amerika Serikat, Rhenald bersama istrinya, Elisa Kasali, tergerak untuk terjun dalam pendidikan anak usia dini. Inisiatif itu dipicu oleh kesadaran betapa jauhnya kualitas kesehatan dan pendidikan anak di Indonesia dibanding dengan di Amerika Serikat.
Sementara itu Elisa Kasali menuturkan kegiatan posyandu di garasi rumah mereka di Jatimurni, Bekasi, menjadi benih tumbuhnya gerakan perubahan di bidang pendidikan anak usia dini. Setelah Posyandu, muncullah Rumah Baca. Kemudian setelah membeli sebidang tanah, lahirlah PAUD dan TK. Rhenald dan Elisa memberi nama Kutilang.
"Nama Kutilang ini bukan singkatan. Kami hanya mengambil filosofinya. Harapan yang kami sematkan, semoga kutilang-kutilang kecil itu nanti bisa tumbuh besar menjadi rajawali-rajawali hebat. Rajawali yang akan terbang tinggi mengarungi luasnya alam, lalu kembali turun untuk membangun kehidupan," kata Elisa Kasali.
“Dan untuk menjadi rajawali, sekolah harus inspiring, harus dimulai dari prinsip bermain. Jangan biarkan guru menghapuskan suasana bermain di sekolah, namun dengan bermain anak bisa dibentuk disiplin, kemampuannya untuk tetap fokus dan melatih imajinasi serta menghidupkan kemampuan motorik kasar dan halusnya,” imbuhnya.
Posyandu, Rumah Baca, PAUD, dan TK Kutilang bukanlah kegiatan komersial, melainkan gerakan sosial dari Rumah Perubahan. Sebagian besar muridnya adalah anak-anak yang tinggal di tengah-tengah perkampungan padat penduduk di kawasan Jatimurni, Bekasi.
Meskipun berawal dari kegiatan sederhana, PAUD dan TK Kutilang kini tumbuh menjadi salah satu institusi percontohan untuk pendidikan anak usia dini. Di sini, anak-anak dari keluarga sederhana mendapatkan kualitas pendidikan yang tak kalah dengan institusi pendidikan terkenal. Maka, tak mengherankan jika Kutilang kini menjadi ajang studi banding para guru dan orang tua dari berbagai daerah.
Atas kiprahnya di bidang pendidikan anak usia dini, Elisa Kasali pun beberapa kali dianugerahi penghargaan. Salah satunya adalah Anugerah Peduli Pendidikan dari Mendikbud pada 2014 silam. Yang terbaru, November 2019 lalu, Elisa kembali mendapat penghargaan dalam ajang Apresiasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Keluarga dari Kemendikbud.
Happy Learning, Pendidikan Anak Harus Menyenangkan
Rhenald mengatakan, PAUD dan TK Kutilang lahir dari mimpi sederhana, yakni bagaimana agar anak-anak di tengah perkampungan padat di kawasan Bekasi menjadi anak-anak hebat di masa depan dan memutus mata rantai kemiskinan. "Kami memulainya dengan sangat sederhana. Mendirikan Posyandu, Rumah Baca, lalu PAUD dan TK," kenangnya.
Baca Juga: Tetap Eksis, Kucing Karl Lagerfeld Jadi Model Buku Fotografi
Awalnya, Rhenald dan Elisa Kasali berpikir, tidak begitu sulit untuk menjalankan PAUD dan TK. Toh, semua pernah menjalaninya di waktu kecil. Maka, di tahap awal, proses belajar mengajar dilakukan layaknya rata-rata sekolah biasa. Guru mengajari murid berhitung, mengeja, menggambar, membacakan cerita, dan seterusnya.
Tetapi setelah pendidikan berjalan, Rhenald dan Elisa menyadari ada sesuatu yang kurang tepat. Tatanan ekonomi dan bisnis berubah dengan cepat, masa depan yang akan dihadapi anak-anak juga akan jauh lebih menantang. Tetapi, mengapa sistem pendidikan anak masih seperti cara konvensional yang dijalankan beberapa puluh tahun silam?
Eksplorasi dan riset pun dilakukan. Buku-buku tentang pendidikan anak, tahap perkembangan anak, perkembangan otak atau neuroscience, hingga alat-alat permainan edukasi diresapi dan didalami.
Beberapa metode pendidikan yang berkembang di negara-negara maju juga dipelajari. "Makin kami pelajari, makin kami sadar bahwa ilmu mendidik anak itu seluas samudera," kata Rhenald.
Dia menyebut, 2019 adalah tahun ke-35 nya dalam berkecimpung di dunia pendidikan. “Saya menyadari, ternyata menjadi pendidik di tingkat dasar, di usia dini, sesungguhnya jauh lebih rumit ketimbang mendidik calon doktor di perguruan tinggi," imbuhnya.
Karena itulah, eksplorasi dan riset terus dilakukan. Dalam proses tersebut, Rhenald dan Elisa Kasali kemudian bertemu dengan Wismiarti Tamin, seorang praktisi pendidikan dan pendiri Sekolah Al-Falah di Jakarta Timur. Wismiarti adalah sosok yang membawa dan mengenalkan Metode Sentra di Indonesia.
Dia dan guru-guru Sekolah Al-Falah belajar langsung dari Dr. Pamela Phelps, tokoh pendidikan asal Florida, Amerika Serikat, yang mendesain Beyond Centers and Circle Time (BCCT), metode pendidikan yang kemudian dikenal dengan nama Sentra.
Konsep Metode Sentra adalah non-direct teaching. Jadi, proses belajar dilakukan melalui aktivitas main yang didesain untuk menstimulasi perkembangan otak anak. Intinya, pendidikan anak di-delivery dalam suasana yang menyenangkan, sehingga anak bisa belajar dengan optimal. "Kami merasa, inilah metode yang tepat untuk mendidik anak. Sebab, pendidikan seharusnya menyenangkan, bukan membuat anak stress dan terbebani," jelas Rhenald.
Dalam Metode Sentra, proses belajar mengajar disesuaikan dengan tahap perkembangan setiap anak. Tujuannya, agar dapat mengembangkan semua titik kecerdasan (multiple intelligence) dan keterampilan hidup anak (essential life skills). Kecerdasan dan skill itulah yang akan membangun pondasi karakter dan menjadi bekal anak dalam mengarungi masa depan.