Suara.com - Berperan Besar dalam Seni Pertunjukan, Kita Butuh Penata Suara Berkualitas
Perkembangan implementasi audio dalam vlog, podcast, hingga webseries kian marak diproduksi oleh generasi muda, sehingga industri kreatif dalam negeri semakin bergairah bahkan mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
“Di Indonesia, penerapan sound terkait dalam tiga bidang, yaitu musik, film, dan pertunjukan. Secara bisnis, ketiga bidang ini memang cukup menggairahkan. Seni pertunjukan saat ini semakin modern dengan tata suara yang luar biasa bagus. Musik terus berinovasi dengan proses produksi berbasis teknologi dan sistem distribusi yang cepat, seperti streaming. Dan industri film kita saat ini sangat menarik. Jumlah penonton film Indonesia ternyata paling besar di Asia. Pasarnya luar biasa. Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk mengembangkan industri ini,” ujar Aghi Narottama, Kepala Jurusan Music & Sound Design, UniSadhuGuna International College (UIC College), institusi pendidikan internasional yang terkemuka dan terbaik di Indonesia, yang menawarkan jurusan Sound Design & Music, Graphic Design, Fashion Design, dan Business & Marketing. .
Joko Anwar, sutradara, mengakui bahwa sound atau suara memiliki peran sangat besar dalam kesuksesan film-filmnya. Dalam penggarapan film Gundala, misalnya, ia pun mengharapkan musik dengan karakter khusus. “Kami buat realistis sekali, sehingga saat orang masuk bioskop, mereka dapat merasakan semua detail dalam semua set. Dalam film Gundala ada 70 set, seperti pasar, kuburan, gudang pabrik, percetakan, dan itu harus kita detail serealistis mungkin agar penonton benar-benar merasakannya,” ujar Joko dalam salah satu event di UIC College. Ia menambahkan, dengan peran yang sangat vital dalam kesuksesan film, Indonesia masih kekurangan para praktisi penata suara.
Baca Juga: Warga Jakarta Menikmati Pertunjukan Musik di Taman Spot Budaya
Menurut Aghi, dalam setahun Indonesia memproduksi sekitar 200 judul film. Dan dalam proses produksi tersebut, penataan suara melibatkan banyak talenta, seperti editor dialog, foley artist, sound effect editor, hingga sound designer. Bahkan dalam Oscar dan Festival Film Indonesia, penghargaan untuk audio disediakan khusus untuk mereka, sebagai apresiasi terhadap peran mereka yang penting dalam kesuksesan sebuah film.
Aghi yang juga music composer dan terlibat dalam sejumlah film-film box office dan memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi menambahkan bahwa jika dibandingkan dengan luar negeri, para teknisi dan ahli sound bekerja juga di industri penerbangan, lembaga antariksa, rumah sakit, bahkan retail. Dengan kemungkinan yang sangat luas ini, generasi muda Indonesia juga punya kesempatan besar untuk ambil bagian. Mereka tidak hanya dapat berkarya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Senada dengan Joko, Aghi tidak menutup mata bahwa Indonesia masih kekurangan talenta ini dalam jumlah besar, padahal kebutuhan di dunia industri juga tinggi. Ia memberi contoh, “Kualitas audio dalam bioskop-bioskop besar di Indonesia dikalibrasi setiap enam bulan sekali oleh Dolby, dan mereka harus mendatangkan ahli dari Australia. Di Indonesia belum ada individu yang bisa melakukan hal tersebut. Pertunjukan-pertunjukan berskala internasional di sini juga sering memilih konsultan audio dari luar. Kita akan mengarah ke sana untuk menyediakan talenta-talenta berkualitas di bidang ini,” tambahnya.
Lalu, bagaimana peran pemerintah dalam menggairahkan industri dan melahirkan talenta-talenta baru di bidang ini? “Kami berharap pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dengan menteri baru yang memiliki hubungan erat dengan industri digital, dapat berperan lebih aktif dalam membangun ekosistem yang lebih dinamis, termasuk menghubungkan dunia pendidikan dan industri, sehingga lahir lebih banyak talenta berbakat di bidang ini yang dapat diserap industri yang semakin luas. Mungkin bisa disinergikan dengan proyek-proyek berskala nasional,” tambah Aghi.
Melalui jurusan Music & Sound Design, UIC College juga memainkan peran sangat penting dalam melahirkan para pelaku industri ini. “Kami ingin ambil bagian dalam membangun industri ini dengan melahirkan creative musician dan creative sound designer. Dengan kurikulum internasional dari Pearson UK, para siswa kami juga langsung diterjunkan dalam ekosistem kreatif, sehingga mereka dapat berkreasi langsung dengan para siswa lainnya dan beberapa praktisi yang bekecimpung di bidang bisnis, desain, fashion bahkan film,” ujar Niluh Aimee Sukesna, Head of Campus, UIC College, seperti dikutip dari rilis yang diterima Suara.com, Kamis (21/11/2019).
Baca Juga: Pertunjukan Musik di Pesawat Garuda Indonesia Dikritik Pengamat
Ia pun sangat mendukung sepak terjang Nadiem Makarim di posisi barunya sebagai Menteri Pendidikan, yang merupakan contoh sempurna dari profesional yang berhasil meraih sukses sebagai perwujudan semangatnya membesarkan industri digital.
“Tidak semua orang memiliki kesempatan meraih pendidikan terbaik. Karena itu, mereka yang memiliki kesempatan itu harus secara serius mengejar ilmu dan mengembangkan passion di kampus. Dan dengan momentum terpilihnya menteri baru dari industri digital, kami berharap industri termasuk kreatif industri bidang digital audio ini pun mendapat perhatian lebih besar dan makin banyak generasi muda yang dapat mengembangkan karir, bahkan merambah ke dunia internasional,” tambah Aimee.
Dengan gairah yang besar, maka akan semakin banyak sekolah audio, fashion, animasi, film dan bidang-bidang kreatif lain yang dapat melahirkan talenta berkualitas dan membuat industri kreatif Indonesia semakin mendunia. “Dengan majunya pendidikan di bidang tersebut, maka akan makin banyak talenta Indonesia yang terasah, harapan kami ke depannya, tenaga ahli Indonesialah yang dijadikan konsultan audio di kancah internasional,” tutup Aimee.