Suara.com - Pemain biola internasional keturunan Indonesia, Iskandar Widjaja sukses menggelar konser di Indonesia pada 15 November lalu di Soehanna Hall, Jakaerta. Dalam konser bertajuk "Heritaget Concert Series: 1001 Lights" itu, Iskandar menyuguhkan nuansa Timur Tengah.
Nuansa Timur Tengah sepertinya sengaja diusung Iskandar Widjaja karena ia memang keturunan Arab, selain juga ada darah China dan Belanda. Penampilannya begitu apik juga karena didukung oleh pianis Christine Utomo.
Iskandar Widjaja merupakan salah satu musisi muda yang namanya tengah bersinar di panggung musik klasik internasional. Dia mengalirkan darah seni dari kakeknya Udin Widjaja, seorang musisi ternama di era Presiden RI Soekarno.
Iskandar Widjaja sudah meraih sederet prestasi seperti medali emas di 1st International Hindenmith Violin Competition serta Best Bach dan Best Beetoven Sonata di 21st Concorso Violinistico Internazionale Andrea Postacchini.
Baca Juga: Diramaikan Calvin Harris, Daftar Penampil DWP 2019 Akan Terus Bertambah
Prestasinya yang gemilang telah mengantarkan Iskandar Widjaja ke panggung pertunjukan di seluruh dunia. Sebelum tampil di Jakarta, ia baru saja menggelar konser bersama Fazil Say di Bohemian National Hall New York, Amerika Serikat awal November ini. Bulan sebelumnya, Iskandar telah lebih dulu menyajikan “Bach and Zen” di Soho House Berlin, Jerman.
Di Soehanna Hall, Iskandar Widjaja memulai pertunjukan dengan mengajak penonton berkonsentrasi lewat meditation ceremony. Selanjutnya audiens disuguhi permainan biola dan piano yang mengagumkan selama sekitar dua jam.
Iskandar Widjaja dan Christine Utomo menyajikan mahakarya dari beberapa komponis dunia. Pada tiga lagu terakhir, Iskandar juga menggunakan aransemen sendiri dalam lagu tersebut.
Konser ini sendiri merupakan adaptasi dari album terbaru Iskandar Widjaja berjudul "1001 Nights in the Harem". Di album ini, Iskandar menggabungkan budaya Timur Tengah dengan budaya Barat. Ia seperti bertutur tentang kisah-kisah kuno dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab, Yunani, India, Israel, Persia dan Turki yang terangkum dalam kisah 1001 Nights.
"Konser 1001 Lights pada dasarnya adalah esensi dan bagian dari musik yang saya mainkan. Saya memiliki latar belakang etnis campuran dengan pengaruh budaya Arab oriental dan ketika mengekspresikannya dalam bermusik saya merasa seperti di rumah sendiri," kata Iskandar, seperti dalam rilis yang diterima Suara.com.
Baca Juga: Nobo Persembahkan Lagu Romantis, Jatuh Cinta Lagi
Pada bagian pertama, Iskandar Widjaja bermain biola solo pada lagu Fuga From Sonata in C major Solo Violin, BWV 1005 (J. S. Bach). Di lagu berikutnya, giliran Christine Utomo menyajikan piano solo dalam Black Earth, Op. 8 (Fazil Say). Selanjutnya Iskandar dan Christine berkolaborasi membawakan Sonata for Violin and Piano, Op.7 (Fazil Say) dan Andantino from 1001 Nights in the Harem, Op. 25 (Fazil Say).
Di bagian kedua, Iskandar dan Christine menyajikan Mercy (Max Richter), November (Max Richter), Entire of Daylight (David Lang), On the Nature of Daylight (Max Richter), Spiegel im Spiegel (Arvo Pärt), Light Moving (David Lang), River Flows in You (Yiruma/Widjaja), Everything I Need (Skylar Grey/Widjaja) dan Arioso (J.S Bach/Widjaja).
Sebagai pianis, Christine Utomo juga telah mengukir nama di kancah internasional. Dia pernah tampil dalam pertunjukan berkelas seperti International Holland Music sessions, Wintergreen Music Festivals, Aspen Music Festivals dan Casalmaggiore Music Festival. Dia pernah berkolaborasi dengan musisi internasional seperti Noorman Widjaja, Przemyslaw Fiugajski, Gabriel Schwabe, Tina Guo, Paul Kwo dan Daron Hagon.
Sedangkan pertunjukannya di "Heritage Concert Series: 1001 Lights" merupakan rancangan dari The Grand Signature Piano sebagai penyelenggara acara. The Grand Signature Piano yang merupakan dealer piano premium merek Fazioli, Bluthner, Estonia dan Irmler. Anak usaha dari Fagetti Group ini rutin menggelar konser musik klasik rata-rata dua kali dalam sebulan. Perusahaan ini juga menjadi penyelenggara kompetisi bertaraf internasional bernama Indonesia International Piano Competition (IIPC).