Begini Hasil Survei Perilaku Orang Indonesia Terhadap Uang

Jum'at, 19 Juli 2019 | 17:43 WIB
Begini Hasil Survei Perilaku Orang Indonesia Terhadap Uang
Hasil survei DanaFix terkait perilaku masyarakat Indonesia dalam mengelola uang. (Dok : DanaFix).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pepatah mengatakan bahwa yang penting bukanlah seberapa banyak uang yang kita terima, tetapi seberapa banyak uang yang bisa kita simpan.

Menarik, karena ucapan ini seperti mengingatkan kita bahwa sebanyak apapun uang yang kita terima, pada akhirnya akan berpulang kepada kemampuan kita untuk mengelola uang tersebut sebaik mungkin.

Sebagai upaya untuk mencoba memahami perilaku masyarakat Indonesia terhadap uang, Danafix sebagai perusahaan platform P2P lending mengadakan survei "Perilaku Orang Indonesia terhadap Uang" dengan bekerjasama dengan Jakpat, lembaga riset online.

Survei "Perilaku Orang Indonesia terhadap Uang" ini adalah survei singkat yang terdiri atas lima pertanyaan singkat yang mencerminkan cara orang Indonesia mengelola uang.

Baca Juga: Dua Produsen Otomotif Segera Investasi Rp 50 Triliun di Indonesia

Survei ini tidak bertujuan melihat jumlah pemasukan ataupun rata-rata pemasukan dan pengeluaran orang Indonesia. Akan tetapi, lebih melihat mengenai bagaimana pemasukan tersebut dialokasikan. 

Hal inilah yang bisa memberikan gambaran mengenai pemahaman orang Indonesia terhadap pentingnya menabung dan mengelola keuangan dengan bijak.

Survei ini dilakukan terhadap 500 responden dengan umur 18-55. Responden survei 56 persen lelaki dan 44 persen perempuan. Temuan survei adalah sebagai berikut:

Generasi muda suka menabung

Ketika ditanya mengenai berapa besar tabungan yang disisihkan setiap bulannya, generasi muda memperlihatkan kecenderungan tertinggi. Pada responden dengan kelompok usia 18-27 tahun, terdapat 21 persen yang menyebutkan mereka menabung sekitar 20-30 persen dari pemasukan bulanan. Selain itu, terdapat 28 persen yang menabung lebih dari 30 persen setiap bulannya.

Baca Juga: Ratusan Korban Investasi Bodong Geruduk Polres Klaten, Minta Ini

Menabung masih menjadi tantangan

Ketika ditanya mengenai berapa besar tabungan yang disisihkan tiap bulannya, mayoritas responden atau sekitar 30 persen menjawab bisa menabung sekitar 10 persen atau 20 persen.

Sementara itu, ada 27 persen yang menjawab bisa menabung 10-20 persen. Namun, ada pula 21 persen responden yang menjawab bisa menabung sekitar 20-30 persen. Ada pula yang bisa menabung lebih dari 30 persen yaitu sebanyak 14 persen responden. Jadi, dengan kata lain, dari seluruh responden yang disurvei, hanya 35 persen yang menjawab mampu menyisihkan tabungan 20 persen atau lebih dari pemasukan bulanan. Di sisi lain, terdapat 7 persen yang menjawab susah menabung.

Data ini menjelaskan bahwa menabung masih jadi tantangan buat mayoritas orang Indonesia, tetapi ada sebagian kecil yang mampu menabung dalam jumlah yang cukup.

Mayoritas punya dana darurat

Ketika ditanya mengenai dana darurat, sekitar 38 persen responden menjawab bahwa dana darurat yang mereka miliki cukup untuk biaya hidup selama 3 bulan tanpa pemasukan. Terdapat pula 31 persen yang menjawab bahwa dana darurat cukup untuk hidup selama 1-3 bulan tanpa pemasukan. Total terdapat 70 persen responden yang mempunyai dana darurat, meskipun dalam jumlah bervariasi.

Di sisi lain, ada sekitar 8 persen yang tidak punya tabungan untuk darurat. Meskipun data ini menunjukkan hal positif, namun ketika dilihat lebih detail, terlihat jelas bahwa golongan atas punya dana darurat yang jauh lebih banyak dibanding golongan bawah.

Keluarga, kerabat, dan teman menjadi sumber dana darurat

Ketika ditanya mengenai sumber dana darurat, keluarga dan kerabat menduduki peringkat teratas sumber dana darurat dengan 86 persen dari seluruh responden yang menjawab.

Responden juga menjawab teman sebagai sumber dana darurat dengan 71 persen. Sementara itu, pinjaman KTA dan pinjaman online menjadi sumber dana darurat yang paling dihindari.

Lelaki cenderung meminjam uang ke teman dibanding perempuan

Sekitar 76 persen responden lelaki meminjam uang ke teman dibandingkan dengan perempuan yang hanya 64 persen.

Bagi perempuan, meminjam uang ke teman adalah situasi yang dihindari. Perempuan lebih suka menarik dana dari kartu kredit. Sekitar 40 persen perempuan menyebut bahwa menarik uang dari kartu kredit adalah pilihan dana darurat, dibandingkan dengan lelaki yang hanya 26 persen.

Sebagai dana darurat, segmen atas lebih suka menarik uang tunai dari kartu kredit, sementara segmen menengah lebih suka menggadaikan barang. Terdapat 55 persen dari segmen menengah yang memilih gadaikan barang, dibandingkan 44 persen segmen atas. Sebaliknya, terdapat 36 persen segmen atas yang memilih menggunakan tarik tunai kartu kredit, dibandingkan 26 persen segmen menengah.

Tagihan cicilan didominasi properti, kendaraan bermotor, dan kartu kredit

Ketika ditanya mengenai cicilan yang dimiliki saat ini, ada 3 cicilan yang mendominasi jawaban, yaitu: Cicilan Properti dengan 28 persen cicilan kendaraan bermotor dengan 28 persen dan cicilan kartu kredit dengan 23 persen.

Terdapat 17 persen responden yang menyebut tidak memiliki cicilan sama sekali.

Cicilan pinjaman online dan KTA lebih banyak dari cicilan pinjaman teman, kerabat, dan keluarga

Meskipun di pertanyaan sebelumnya responden menyebutkan bahwa pinjaman online dan KTA adalah sumber dana yang dihindari, namun ternyata ada 16 persen responden yang menyebutkan memiliki cicilan pinjaman online dan 17 persen cicilan KTA. Jumlah ini lebih besar dari cicilan pinjaman teman, orangtua, dan keluarga yang berkisar 13 persen hingga 16 persen.

Mayoritas mempunyai cicilan di atas 20 persen dari pemasukan bulanan

Terdapat sekitar 61 persen responden yang memiliki cicilan bulanan lebih dari 20 persen. Jawaban terbanyak adalah 31 persen responden memiliki 20 - 40 persen cicilan dibandingkan pemasukan bulanan. Sementara itu, ada pula 2 persen responden yang memiliki cicilan bulanan lebih dari pemasukan bulanan.

Demikian hasil survei Danafix mengenai bagaimana orang Indonesia menggunakan uang. Survei ini dimaksudkan hanya untuk langkah awal memahami perilaku orang Indonesia terhadap uang dan tidak dimaksudkan sebagai rujukan akademik. Survei ini memiliki margin of error 4 persen. Survei dilakukan pada 8-11 April 2019.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI