Suara.com - Memasuki dua minggu bulan Ramadan, aura Lebaran dan semarak Hari Raya semakin terlihat, tak terkecuali pada generasi milenial.
Vishal Tulsian, Managing Director Amar Bank, mengatakan berdasarkan data dari aplikasi fintech Tunaiku, ada dua jenis layanan yang ramai digunakan milenial menjelang Lebaran.
"Jadi ada dua tipe, Fintech lending seperti kami, waktu Ramadan atau Lebaran ini adalah saat orang-orang banyak membutuhkan uang, jadi memberikan pinjaman itu prioritas pertama," ujarnya, melalui siaran pers yang diterima Suara.com.
"Kedua, orang-orang seringnya mengirim uang di musim Ramadan atau Lebaran, ke kampung, atau ke teman dan keluarganya. Dua hal ini yang harus dilihat oleh pemain Fintech," tambahnya lagi.
Baca Juga: Rentan Quarter Life Crisis, Milenial Dituntut Rasional Hadapi Realita
Memang menurut Vishal, penggunaan aplikasi fintech seperti Tunaiku tidak hanya ramai digunakan saat Ramadan dan lebaran.
Pada awal Tunaiku beroperasi, sebagian besar dana pinjaman yang berhasil disalurkan digunakan oleh penerima pinjaman untuk membiayai kebutuhan sehari-hari yang mendesak, seperti pengobatan ke rumah sakit. Sekarang, lebih banyak dari nasabah meminjam untuk merenovasi rumah, modal usaha mikro, dan pendidikan.
Untuk tahun 2019, Vishal berharap Tunaiku dapat menjangkau segmen yang lebih luas, sehingga manfaat penggunaannya bisa menjangkau lebih banyak masyarakat, meningkatkan maksimum jumlah pinjaman, hingga menjangkau lebih banyak pengusaha bisnis mikro alias UMKM.
"Tunaiku saat ini tengah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh pelaku usaha kecil dan mikro. Jadi kami berencana meluncurkan fitur spesial untuk pelaku UMKM. Fitur tersebut juga tentunya untuk membantu, sesuai kebutuhan mereka. Saat ini, kami menyiapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut," ungkapnya lagi.
Tunaiku sendiri merupakan pionir fintech dari Amar Bank yang sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2014. Vishal menceritakan pada 2014 lalu, jenis perusahaan berbasis fintech belum begitu dikenal di masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Asyik, Bandara Soetta Bakal Punya Sleeping Pods untuk Travellers Milenial
Ketika Vishal datang ke Indonesia lima tahun silam, dia melihat peluang untuk fintech yang belum berkembang. Padahal, fintech memiliki misi sosial di dalamnya.
"Saya mencoba mencari di mana atau dalam hal apa teknologi dapat memberikan dampak yang berarti. Karena menurut
saya, teknologi dapat memberikan dua dampak. Teknologi dapat memberikan dampak berupa efisiensi, dan ini merupakan tema utama yang terjadi di Dunia Barat. Ketika saya tinggal di Eropa, di sana teknologi memberikan dampak berupa efisiensi, membuat orang-orang melakukan pekerjaannya dengan lebih efisien,” ungkapnya.
Melihat populasi masyarakat Indonesia yang berjumlah 250 juta orang, ia merasa miris karena hanya sekitar 40 juta orang yang terlayani atau punya akses ke perbankan. Dari situ kemudian muncul pemikirannya untuk menciptakan pasar melalui teknologi.
Harapannya, bisa membuat mereka yang unbankable menjadi lebih mudah mengakses layanan keuangan melalui teknologi.
"Keyakinan saya bahwa teknologi harus memberikan dampak pada kehidupan manusia adalah awal mula saya membangun bisnis, bahwa teknologi dapat digunakan untuk memberikan dampak positif kepada kehidupan masyarakat," tutup Vishal.