Suara.com - Moses Mayer, siswa kelas 12 Jakarta Intercultural School (JIS) sempat menjadi perbincangan. Moses diterima di sembilan universitas bergengsi di Amerika Serikat.
Setelah bimbang menentukan pilihan, Moses Mayer akhirnya mantap memilih Harvard sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya.
Moses Mayer awalnya sempat bingung setelah diterima di sembilan universitas ternama di Amerika Serikat. Setelah menjaring menjadi tiga universitas seperti Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley, hati Moses memilih Harvard untuk menjadi kampus sebagai tempatnya melanjutkan pendidikannya.
"Awalnya dari sembilan universitas itu saya turunkan jadi tiga, yaitu Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley. Akhirnya saya memilih Harvard. Di Harvard itu saya enggak harus langsung memilih jurusan apa yang akan saya ambil nantinya," ujar Moses Mayer, saat ditemui di Jakarta Intercultural School (JIS), kawasan Terogong Raya, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Harvard dipilih karena di sana dia merasa diberi keleluasaan menjelajahi semua mata kuliah untuk mendapatkan jurusan yang menjadi minat mahasiswanya. Namun, cowok yang hobi basket ini menyatakan jurusan yang akan diambilnya kemungkinan tak jauh dari minatnya sekarang.
"Saya mau coba dulu, eksplor dulu hal apa yang saya minati. Untuk sementara saya masih minat ke matematika, komputer dan ekonomi. Jadi mungkin gabungan dari ketiga itu," jelas Moses.
Untuk menentukan jurusan yang akan diambil, Moses mengaku Harvard memberi deadline hingga akhir tahun kedua. Selama rentang waktu tersebut, Moses akan memanfaatkan dengan mengambil kelas yang berbeda-beda.
"Biar bisa tahu banyak, lebih eksplor lagi dengan minat saya nantinya. Setahu saya batas waktu untuk kepastian mengambil jurusan itu di akhir tahun kedua. Untuk bisa lulus dalam mengambil jurusan yang saya minati itu ada minimum credit requirement. Setiap kelas ada minimum credit requirement yang harus dicapai," sambungnya.
Sebelumnya, Moses mendaftar di lima universitas Ivy Leagues bergengsi di Amerika Serikat seperti Harvard, Princeton, Yale, Cornell dan University of Pennsylvania. Dan, Moses diterima oleh kelima universitas tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak mudah bagi seorang siswa untuk dapat diterima di Ivy Leagues, Amerika Serikat tersebut. Mengingat persentase penerimaan yang sangat rendah dan kompetitif. Seorang siswa dituntut untuk memiliki kemampuan lengkap, bukan saja akademik tetapi juga keseluruhan holistik dan prestasi di luar akademik.