Suara.com - Dalam beberapa tahun terakhir, wajah Tamara Gerladine memang hampir tak pernah lagi muncul di televisi. Padahal sebelumnya, perempuan 44 tahun itu cukup laris sebagai pembawa acara atau host, khsusunya bidang olahraga.
Rupanya, sejak 2004 Tamara Geraldine memang sudah memtutuskan mundur dari dunia artis. Istri Pham Tien Thinh itu pun kini fokus di dunia politik dengan maju sebagai calon legislatif untuk daerah Kudus, Demak, dan Jepara dari PDIP.
Untuk mendapat suara di daerah pemilihan, Tamara Geraldine tak main-main. Bersama timnya, ibu satu anak itu pun getol mencari dukungan sekaligus memberikan pengetahuan soal pemilu di dapilnya.
"Sebelumnya saya aktif di yayasan anti narkoba. Dari situ saya terlatih untuk tidak lagi pilih-pilih. Saya tidak lagi bertanya yang saya akan bantu, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, agamanya apa? Batak atau bukan?," kata Tamara Geraldine kepada wartawan, baru-baru ini.
Baca Juga: Harganya Fantastis, Ini Deretan 5 Koleksi Sneakers Mewah Atta Halilintar
Dari partai, Tamara Geraldine diberikan tugas untuk memberikan sosialis pemilu cerdas, aman, nyaman, dan damai. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah tentang kampanye hitam dan hoaks. Untuk memeranginya, Tamara menyebarkan sekitar 50.000 buku, juga panduan kartu suara yang berjudul "Tim Anti Hoax".
"Sebagai rasa tanggung jawab saya untuk meluruskan berita-berita yang tidak benar dan mensosialisasikan kartu suara. Karena semua harus mengerti bagaimana cara mencoblos, ada lima kartu suara dengan lima warna yang berbeda. Yang saya bisa adalah memperkuat desanya mencerdaskan penduduknya, saat ini itu adalah tugas saya sebagai calon anggota legislatif," tutur Tamara Geraldine.
Hal lain yang menjadi perhatian Tamara Geraldine adalah "Serangan Fajar" jelang pencoblosan. Menurut Tamara, uang yang dikeluarkan para caleg pada serangan fajar tidaklah kecil. Menurut hitung-hitungannya, angkanya bisa mencapai Rp 6 miliar!
"Untuk DPR RI yang butuh kurang lebih 200.000 suara, yang berarti 200 ribu amplop yang akan dibagikan. Jika diisi masing masing Rp 30.000 jumlahnya fantastis, Rp 6 miliar! Dalam lima tahun harus balik modal. Akhirnya ajang ini bukan nyaleg tapi nyari proyek," ungkap Tamara Geraldine.
"Semua akhirnya menyadari dan melek bahwa yang menciptakan maling adalah diri mereka sendiri. Setelah itu dicoblos, akhirnya mereka juga yang memasukkan malingnya ke parlemen. Lalu lima tahun teriak maling! Maling!," tutur Tamara Geraldine.
Baca Juga: Tamara Geraldine Kuliah 3 Jurusan Sekaligus