Kemajuan peningkatan konsumsi listrik itu sendiri menjadi cermin kinerja maksimal PLN dalam menerangi Nusantara. Kinerja PLN pun secara tak langsung tercermin dalam data yang dirilis hasil survei Ease of Doing Business yang digelar World Bank.
Lonjakan peringkat itu sendiri, tak lain berkat keberhasilan PLN membangun jaringan pembangkit, transmisi listrik dan gardu induk di seantero Indonesia.
"Sejak tahun 2015 telah dibangun lebih dari 35 ribu Megawatt pembangkit, 14.400 kilometer sirkuit jaringan transmisi serta 56 ribu Mega volt Ampere Gardu Induk di seluruh Indonesia. Dengan demikian terjadi kenaikan supply listrik dari pembangkit-pembangkit yang telah dibangun yang telah memasuki masa operasional (COD). Keberhasilan itu di antaranya yang membuat peringkat Getting Electricity Indonesia saat ini meningkat pesat dibanding 5 tahun silam, dari peringkat 101 ke peringkat 33 dari 190 negara yang disurvei oleh World Bank," jelas Made.
Tumiran, yang juga menjabat Guru Besar Bidang Kelistrikan di Universitas Gadjah Mada, memberikan saran peningkatan konsumsi listrik dengan upaya yang produktif. Antara lain dengan membuat peta jalan pengembangan industri nasional.
Baca Juga: Kota Surabaya akan Tambah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
"Negara harus tumbuh maka harus menciptakan lapangan kerja berbasis produktivitas demi meningkatkan konsumsi listrik. Caranya dengan membuat road map pengembangan industri," tutur Tumiran.
Karena itu Made Suprateka juga menegaskan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan berbagai industri yang membutuhkan pasokan listrik, apabila didukung oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional, maka sejalan dengan tekad pemerintah meningkatkan efisiensi di berbagai sektor, dan juga pasokan listrik yang semakin optimal, penurunan harga jual listrik juga mulai diimplementasikan secara perlahan.
Pada Februari 2019, Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan insentif berupa diskon kepada pelanggan R-I VA RTM (Rumah Tangga Mampu) mulai 1 Maret 2019, bagi 21 juta pelanggannya.
Insentif ini diberikan karena adanya efisiensi pada golongan ini, selain terjadinya penurunan harga minyak dan kurs dolar. Dengan insentif ini, pelanggan golongan R-I 900 VA RTM hanya membayar listrik Rp1.300 per kilowatt hour (kWh) dari tarif normal Rp1.352 per kWh.
Baca Juga: Gaet Anak Muda, PLN Cari Bibit Unggul di Kampus Terkemuka