Suara.com - Pasca diguncang gempa Agustus 2018 lalu, Lombok belum bisa kembali seperti sedia kala. Masyarakat masih berduka akibat kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggal, yang diperparah dengan hilangnya mata pencaharian yang selama ini menopang hidup mereka terutama masyarakat yang selama ini bergantung hidup dari Gunung Rinjani.
Semenjak 3 bulan lalu, semua jalur masuk pendakian gunung ditutup hingga tak ada satupun pendaki yang boleh masuk. Padahal biasanya, masyarakat sekitar, bekerja menjual jasa untuk membantu para wisatawan menikmati keindahan desa mereka.
Kelesuan juga terlihat di salah satu daerah yang menjadi pintu masuk Gunung Rinjani, Sembalun. Di sana, masyarakat memanfaatkan alam untuk mencari rejeki. Sebagian dari mereka bekerja sebagai petani bawang, kopi dan kentang dan lainnya menawarkan jasa sebagai tour guide dan porter yang sepenuhnya bergantung pada jumlah wisatawan yang datang.
Namun, karena gempa telah menghancurkan banyak rumah dan infrastruktur, aktivitas ekonomi masyarakat Sembalun mendadak terhenti. Pendaki yang biasa memakai jasa mereka, dilarang masuk ke Gunung Rinjani karena alasan keselamatan. Banyak masyarakat yang terpaksa tinggal sementara di tenda pengungsian, padahal suhu bisa mencapai 10 derajat celcius di malam hari. Keadaan ini jelas membuat banyak pihak, berempati. Bantuan datang dari dalam maupun luar negeri. Dari individu maupun koorporasi.
Baca Juga: Tema Pembukaan Asian Para Games 2018 Panorama Laut
Salah satu Perusahaan yang datang ke Sembalun adalah Panorama Group. Memang, selama 2 tahun terakhir, Panorama Group melalui Panorama Foundation mengadakan program CSR di Kawasan Sembalun. Panorama Foundation membuat berbagai pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan skill dan kemampuan masyarakat untuk mendayagunakan SDA dan SDM yang telah tersedia. Pelatihan seperti hospitality training, pelatihan pembuatan produk, pelatihan Bahasa Inggris, hingga pelatihan pembuatan quotation kegiatan tur, dilakukan agar perekonomian masyarakat sekitar dapat tumbuh dan Sembalun bisa menjadi sebuah desa wisata yang madani dan dikenal luas.
Namun pasca gempa, fokus masyarakat Sembalun bergeser menjadi pemulihan trauma dan pemenuhan kebutuhan dasar di tengah segala keterbatasan. Melihat hal ini, Panorama Foundation berupaya membantu dengan cara mengirimkan barang-barang bantuan berupa tenda darurat, peralatan logistik, pompa air, genset dan alat penopang kebutuhan dasar lainnya. Dibantu oleh German State-Owned Company (GIZ), Panorama Foundation juga berinisiatif untuk membangun sebuah Bale Rakyat yang diharap bisa berfungsi sebagai tempat berkumpul masyarakat sambil menanti pembangunan ulang rumah-rumah mereka yang rusak akibat gempa.
“Bale Rakyat ini kami bangun sebagai tempat berkumpulnya masyarakat. Namun jika di masa yang akan datang kondisi Sembalun sudah mulai membaik, Bale Rakyat ini bisa juga difungsikan sebagai tourism center yang dapat membantu para wisatawan. Yang pasti, kami berharap Masyarakat Sembalun segera bangkit dan pemulihan pasca gempa ini bisa segera selesai” Ujar AB Sadewa, selaku Ketua Panorama Foundation.
Tim Panorama Foundation yang didampingi oleh Camat setempat, memulai ground breaking pembangunan Bale Rakyat yang berlokasi di samping kantor kecamatan Sembalun pada tanggal 30 Oktober 2018 lalu. Jika tak ada kendala, pembangunan ini dijadwalkan akan rampung pada pertengahan Desember 2018 dan nantinya masyarakat Sembalun bisa langsung memanfaatkan keberadaaan Bale Rakyat tersebut, sesuai dengan kesepakatan bersama.
Baca Juga: Menikmati Panorama Alam Uluwatu di Atas Tebing Ulu Cliffhouse