Suara.com - Mungkin dibanding kain tenun Jepara dan Sumba, tenun Garut dianggap kurang populer. Salah satu penyebabnya, kain tenun Garut biasa dipakai untuk acara-acara resmi.
Namun desainer Adelina Willy Suryani ingin mengubah imej tersebut. Dari tangannya, Ade ingin tenun Garut bisa lebih santai dan cocok dipakai untuk keseharian.
"Saya coba mengeksplor, berkreasi buat tenun Garut ini bisa dipakai untuk harian. Karena orang tahunya tenun Garut terlalu resmi atau hanya bisa untuk acara tertentu," kata Adelina Willy Suryani, saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Dan rencananya, Adelina Willy Suryani akan membawa tenun Garut rancangannya dalam ajang fashion show bertajuk Modest Heritage Indonesia di Belanda, awal Desember mendatang. Ini menjadi sebuah tantangan besar buat Ade.
Baca Juga: Dwi Lestari Kartika Bawa Tenun Jepara Premium Ke Belanda
"Tenun Garut itu unik, Dia punya pattern seperti kaya sulam jadi handmade. Bikin teksturnya kan tenun, kemudian benang-benang ini disulam, jadi dua sampai tiga kali proses. Jadi selembar kain itu dua bulan prosesnya," ungkap Adelina Willy Suryani.
Di Belanda sendiri, Adelina Willy Suryani akan menampilkan enam produk tenun Grut hasil rancangannya. Selain itu, ia juga telah mempersiapkan produk lainnya untuk acara bazar di Belanda.
"Ini saya lagi produksi persiapan untuk ke Belanda. Saya bikin outer, rok, dan kulot yang lebih ringan," ujarnya.
Adelina Willy Suryani mengakui, tenun Garut cukup mahal dan segmennya untuk menengah ke atas. Satu kain tenun Garut paling murah dihargai sekitar Rp 800 ribu.
"Otomatis harga menyesaikan di sana, dan konsep saya ready to wear. Jadi baju yang bisa dipakai hari-hari, bukan baju yang semi couture atau couture. Jadi range harga antara Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta," tutur Adelina Willy Suryani.
Baca Juga: Rizki Permatasari Akan Perkenalkan Tenun Sumba ke Belanda