Pelaku Seni: Wayang Orang Masih Memiliki Banyak Penggemar

Jum'at, 02 November 2018 | 21:33 WIB
Pelaku Seni:  Wayang Orang Masih Memiliki Banyak Penggemar
Pertunjukan wayang orang. (Dok: Gedung Kesenian Jakarta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertunjukan wayang orang ternyata masih memiliki penggemarya. Salah seorang pelaku seninya,  Endang Budi Karya, menyatakan bangga dengan pertunjukannya, yang ternyata masih disukai.

Menurutnya, wayang orang tidak hanya menyajikan hiburan, namun juga memberikan tuntunan kehidupan sehari-hari.

Dalam pertunjukan wayang orang bertema "Adeging Nagari Indraprasta", di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (2/11/2018) malam, Endang memukau penonton dengan berperan sebagai Dewi Sudaksina, istri Prabu Matswapati.

Penonton yang hadir juga bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari Bogor, Bekasi dan Tangerang.

"Ini pengalaman pertama, tapi saya sangat antusias. Apalagi latihan sudah sampai empat kali. Tantangannya, tentu saya harus mengetahui watak apa yang harus dimainkan," katanya, beberapa saat jelang pagelaran.

"Untuk generasi milenial, mari kita lestarikan budaya bangsa. Wayang orang, yang memiliki filosofi, sangat mendidik dalam kehidupan sehari-hari. Melestarikan wayang orang juga menjadi sebuah wujud agar kesenian ini tidak punah begitu saja," harapnya.

Menurutnya, wayang orang juga merupakan salah satu program pemerintah dalam bidang pariwisata untuk menarik para wisatawan mancanegara, terutama bagi generasi muda, yang saat ini masih minim pengetahuan tentang legenda-legenda Indonesia.

"Saya ingin terlibat di sini, karena ingin memberikan contoh kepada kaum muda untuk sama-sama  melakukan pelestarian budaya bangsa dan ikut mempromosikan kekayaan tanah air," tambahnya.

Meski generasi saat ini lebih banyak menonton bioskop atau pergi ke pusat perbelanjaan, ia tetap optimistis, masih banyak yang mau menyaksikan pagelaran wayang orang secara langsung. 

"Pertunjukan wayang orang lebih ekspresif. Saya yakin, minat pemuda terhadap wayang orang masih tinggi dan akan terus meningkat dan mendapat tempat di hati warga."

Pada 1950-an sampai akhir 1970-an, pertunjukan seni tradisional mengalami masa keemasan. Namun karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi pertunjukan tradisonal, maka sekitar 1980-an, pertunjukan seni tradisional mengalami masa surut.

"Saya harap, para pemain wayang orang tetap akan menjalankan tugasnya," pintanya.

Wayang orang disebut juga dengan istilah 'wong" (bahasa Jawa), yang artinya 'wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh'. Sesuai dengan sebutannya, wayang menampilkan manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang. Mereka memakai pakaian dan hiasan-hiasan, atau lukisan di wajah.

Pertunjukan wayang orang ini diselingi dengan lagu-lagu Bahasa Jawa, yang diiringi dengan gamelan.

Adapun pesan moral yang bisa diambil dari dalam cerita, setia perbuatan akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, dan perjuangan yang didasari atas kesabaran, ketekunan dan kerja keras, akan membuahkan hasil gemilang.

Drama ini disutradari oleh Mudjo Setiyo, penulis naskah dan koreografer, Nanag Ruswandi, dan dalang, Undung Wiyono. Para parawit berasal dari Sanggar Bharata dan para pengemudi Blue Bird, di bawah naungan Paguyuban Seni Budaya Indoneaia (SBI).

Selain Endang Purnomo (berperan sebagai R.Kumbalwati), ada juga Exacty Sukamdani (Dewi Khunti), Noni Sri Aryati Purnomo (R.Arjuna), dan Hendardji Soepandji (Begawan Abiyasa).

Pertunjukan ini diperkaya dengan sentuhan kekinian, yang dapat dilihat dari kostum, tata panggung, dan aransemen musik modern. Unsur kekinian ini diharapkan dapat memperkenalkan kembali kisah pewayangan pada generasi yang lebih muda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI