Konsumsi Sayuran Masih Rendah, Ini Penyebabnya

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 26 September 2018 | 15:38 WIB
Konsumsi Sayuran Masih Rendah, Ini Penyebabnya
Ilustrasi sayuran. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology SEAFAST Center, LPPM-IPB, Prof. Dr. Nuri Andarwulan mengatakan, edukasi kepada masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan konsumsi sayuran di Indonesia yang kondisinya saat ini masih rendah.

"Padahal untuk bertanam sayuran itu bukanlah hal yang sulit bisa dilakukan di lahan sempit sekalipun dengan demikian persoalan pasokan seharusnya bukan lagi menjadi kendala," kata Nuri, Rabu (26/9/2018).

Data menunjukkan konsumsi sayuran dan buah-buahan di Indonesia baru mencapai 180 gram per kapita per hari, masih jauh dari standar organisasi kesehatan dunia (WHO) sebesar 400 gram per kapita per hari.

Nuri mengatakan distribusi masih menjadi kendala mengapa konsumsi sayuran di Indonesia masih rendah, kalau di sentra produksinya mungkin masih terjangkau tetapi kalau sudah sampai di luar sentra produksi (kota-kota besar) terkadang harganya menjadi sangat mahal.

"Kalau harganya mahal maka masyarakat akan lebih memprioritaskan kebutuhan karbohidrat terlebih dahulu sebagai sumber energi dalam hal ini beras, padahal sayuran tersebut sangat penting sebagai sumber serat pangan, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan," ujar Nuri.

Nuri menjelaskan untuk kawasan perkotaan karena harga sewa lahan sudah demikian mahal maka solusinya adalah bertanam sendiri di lahan terbatas untuk memenuhi kebutuhan sayuran, untuk mencapai hal itu membutuhkan edukasi agar masyarakat sadar pentingnya mengkonsumsi sayuran.

"Untuk mengedukasi masyarakat bukan tugas dari Kementerian Pertanian saja mengingat mereka saat ini sedang fokus kepada upaya-upaya mendorong swasembada pangan melalui program Pajale (Padi, Kacang, Kedelai), program konsumsi sayuran sebaiknya juga melibatkan Kementerian Kesehatan, seperti halnya program makan ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan," ujar Nuri.

Nuri mengatakan soal edukasi ini tidak perlu jauh-jauh, pernah ada studi di salah satu desa di Bogor Barat kesadaran ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan tambahan yang akan memberikan manfaat kepada tubuhnya masih rendah karena mereka menganggap tidak akan mempengaruhi kesehatan bayi yang dikandungnya.

Nuri mengusulkan untuk memanfaatkan dana desa untuk program pemenuhan kebutuhan sayuran dan buah-buahan, selain untuk pembangunan infrastruktur.

Nuri menjelaskan bagi orang dewasa membutuhkan 2.200 kalori sebanyak 50-55 persen berasal dari karbohidrat (nasi), 30-35 persen lemak, sedangkan sisanya dari protein.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI