Suara.com - Sejumlah negara di dunia dilaporkan mengalami peningkatan hawa panas dengan suhu mencapai 38-40 derajat celcius.
Di Jepang misalnya, 15 orang meninggal karena gelombang panas yang terjadi selama dua minggu, sementara itu puluhan ribu orang mendapat perawatan medis karena heat stroke.
Di benua Afrika, suhu di Algeria meningkat hingga 51,3 Celcius, Chicago hingga 48,9 Celcius, dan Gurun Death Valley mencapai 52 Celcius. Fenomena ini tidak hanya menjadi masalah di area tertentu tapi di seluruh dunia.
Pemanasan yang terjadi pada tingkat yang mengerikan tersebut disebabkan oleh gas rumah kaca seperti karbondioksida yang dibuat manusia.
Baru-baru ini, sebuah perusahaan menyatakan sudah waktunya untuk melawan pemanasan global (global warming) bukan hanya pemerintah tetapi seluruh umat manusia.
Perusahaan tersebut adalah Eco Energy Group SEED (Sino Eco Energy Development). Berpusat di Singapura, SEED adalah perusahaan yang menjalankan bisnis energi yang ramah lingkungan berbasis teknologi blockchain.
SEED adalah perusahaan global yang didirikan oleh sekumpulan orang yang terlibat dalam bisnis CDM dengan memperoleh penguran emisi yang bersertifikat.
SEED telah mengaplikasikan teknologi blockchain sehingga setiap orang bisa dengan mudah berpartisipasi dalam melindungi bumi dari pemanasan global.
Saat ini, SEED fokus pada bisnis produksi energi ramah lingkungan, seperti tenaga surya, tenaga angin, pembangkit listrik tenaga air kecil, penghijauan, pengembangan sumber daya makanan, serta project Waste to Energy (WTE).
Cukup sulit bagi masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam bisnis ini karena dibutuhkan pengetahuan spesialis, izin yang kompleks, dan investasi skala besar.