YPII Kirim Bantuan Kemanusiaan pada Korban Gempa Lombok Utara

Kamis, 09 Agustus 2018 | 17:05 WIB
YPII Kirim Bantuan Kemanusiaan pada Korban Gempa Lombok Utara
Situasi pasca gempa Lombok. (Dok: Yayasan Plan International Indonesia (YPII))
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menindaklanjuti kejadian gempa yang berpotensi tsunami di wilayah NTB, Bali, dan pesisir timur Jawa Timur, Yayasan Plan International Indonesia (YPII) telah melakukan penilaian cepat atas kebutuhan masyarakat yang terdampak gempa, dan siap mengirimkan bantuan kedaruratan bagi masyarakat Lombok Utara. Pukul 7.30 WIB, bantuan berupa 500 paket tenda pengungsian (terpal, selimut, tikar) siap diberangkatkan dengan pesawat Hercules milik TNI.

Direkur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, Dini Widiastuti, mengatakan, pihaknya bertindak cepat dengan membantu proses evakuasi korban ke wilayah yang lebih aman.

“Saat ini, prioritas kami adalah memastikan keselamatan dan perlindungan anak-anak secara fisik dan psikososial. Kami sedang berupaya memberangkatkan bantuan shelter kits untuk 500 keluarga atau 2500 orang, dan kemudian bantuan psikososial anak," katanya.

Sehari sebelumnya, pada 5 Agustus 2018 waktu setempat, Lombok dihantam gempa berkekuatan 7.0 SR, di episentrum 18 km barat daya Lombok Timur. Peringatan tsunami pun dikeluarkan, namun tidak lama kemudian ditarik kembali.

Gempa susulan berkekuatan 5 hingga 5,6 magnitude terus mengguncang kepulauan itu. Gempa juga terasa sampai ke Bali, Jember dan Sidoarjo di Jawa Timur. Korban jiwa diperkirakan berjumlah 82 orang.

Korban gempa Lombok. (Dok: Yayasan Plan International Indonesia (YPII))
Korban gempa Lombok. (Dok: Yayasan Plan International Indonesia (YPII))

“Tadi malam, setelah gempa bumi dahsyat terjadi, masyarakat di Lombok Utara dievakuasi ke lokasi yang lebih tinggi untuk mengantisipasi kemungkinan tsunami. Dari rekaman video yang dibuat, terlihat kepanikan masyarakat. Hingga pagi ini masih terjadi gempa susulan yang dirasakan, meski tidak sekuat gempa semalam. Bahkan di ibu kota provinsi, yang berjarak satu setengah jam perjalanan dengan kendaraan, masyarakat khawatir dengan kemungkinan bangunan runtuh. Selain itu, pagi ini mitra kami melaporkan akses jalan ada yang retak-retak sehingga sulit dilalui,” lanjut Dini.

Sebagai respons terhadap informasi kebencanaan yang dirilis pemerintah lewat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Plan membentuk Emergency Response Team (ERT) bersama Yakkum Emergency Unit (YEU). Pada 2 Agustus lalu, ERT sudah menyelesaikan proses penilaian terhadap kebutuhan cepat (Rapid Need Assessment/RNA) di enam desa di Lombok Utara, terutama di Kecamatan Bayan.

Plan sedang menyiapkan rencana penyediaan bantuan dan dukungan di empat sektor, yakni Pemulihan, Perlindungan Anak, WASH, dan Pendidikan. Intervensi tersebut dicanangkan akan berlangsung enam bulan, bermitra dengan YEU.

Keenam desa yang menjadi objek RNA tersebut adalah Sambik Elen, Loloan, Senaru, Batu Rakit, Sukadana, dan Karang Bajo, dengan target keluarga yang penerima bantuan berjumlah 500 keluarga (2500 orang penerima manfaat). Hasil RNA menyimpulkan, kebutuhan mendasar yang perlu segera dipenuhi adalah pengadaan tenda-tenda pemulihan pengungsian dengan kelengkapannya (terpal, selimut, tikar), dukungan psikososial pasca bencana bagi anak-anak, penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, serta penyelenggaraan elemen pendidikan di situasi kedaruratan.

Tim RNA menemukan, wilayah Bayan di Lombok Utara masih kurang mendapat bantuan kemanusiaan dan pendampingan dari berbagai pihak. Kesulitan pendataan berbasis jenis kelamin, gender, dan data difabel menjadi salah satu penyebabnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI