“Menurut saya, jalan cerita 22 Menit sangat menarik dan adegannya sangat bercerita. Saya berharap, sentuhan scoring yang saya buat mampu menghadirkan sisi emosional dari film ini,” ujarnya.
Hiruk pikuk ibu kota yang menjadi sorotan dalam 22 Menit juga ikut tergambar melalui alunan lagu Jakarta, yang dibawakan oleh Semenjana.
Menurut Satrio Pinandito dari Semenjana, lagu yang diambil dari album mereka Kalimatera ini diciptakan sebagai wujud rasa sayang terhadap kota yang telah membesarkan mereka.
“Lagu ini kami tujukan untuk mereka yang seringkali merasa benci tapi rindu dan sayang kepada ibu kota kita, Jakarta. Kami semua besar dan mengalami banyak peristiwa. Segala rasa manis, asam dan asin, kami tuangkan ke dalam lirik dan alunan lagu yang damai ini,” jelas Satrio.
BRI juga ikut menyatakan dukungannya terhadap 22 Menit sebagai karya anak bangsa yang patut mendapat apresiasi tinggi.
“Kami turut senang dan bangga dapat menjadi bagian dari 22 Menit, yang tidak hanya menghadirkan kualitas hiburan yang menjanjikan dan bertutur secara jujur, tetapi juga menunjukkan secara nyata kualitas teknologi dan pasukan yang dimiliki Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan bangsa ini,” kata Sophia.
Ia melanjutkan, 22 Menit memiliki pesan positif terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah maraknya paham radikalisme dan terorisme yang tumbuh subur.