Presiden Jokowi Buka Konvensi dan Pameran IPA ke-42

Rabu, 09 Mei 2018 | 15:50 WIB
Presiden Jokowi Buka Konvensi dan Pameran IPA ke-42
“Driving Indonesia’s Oil and Gas Global Competitiveness”. (Sumber: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konvensi dan pameran IPA ke-42 tahun 2018 secara resmi dibuka  oleh Presiden, Joko Widodo, didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, Kepala SKK Migas, Amin Sunaryadi, dan Presiden IPA, Ronald Gunawan.

Ajang yang mengambil tema “Driving Indonesia’s Oil and Gas Global Competitiveness” tersebut menggarisbawahi perlunya upaya meningkatkan kembali daya saing sektor hulu migas Indonesia di level global, sebagai salah satu pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh para pemangku kepentingan di sektor ini.

Dalam pidato pembukaannya, Ronald menekankan tema IPA Convex tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi hulu migas Indonesia yang terus mengalami penurunan produksi sehingga membutuhkan investasi untuk menemukan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi dan EOR. Di sisi lain, persaingan global untuk menarik investasi migas berlangsung sangat ketat, sehingga diperlukan peningkatan daya saing Indonesia secara global.

“Dalam World Energy Outlook 2017 oleh International Energy Agency (IEA), minyak dan gas bumi masih akan tetap menjadi energi utama di dunia dalam 20-30 tahun ke depan, dimana porsi energi dari migas masih di atas 50 persen. Di Indonesia, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017, menetapkan target porsi energi dari migas di tahun 2050 adalah sebesar 44 persen dari total energi nasional. Dari data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa minyak dan gas bumi masih menjadi tulang punggung energi nasional dalam 20-30 tahun ke depan,” papar Ronald.

Tantangan Indonesia, imbuhnya, juga terkait dengan status Indonesia yang telah menjadi negara net importir minyak bumi sejak 2002. Dengan terus menurunnya produksi migas nasional, diperkirakan Indonesia akan menjadi net importir untuk gas pada 2022.

“Untuk mengatasi ketimpangan ini diperlukan investasi besar dalam melakukan eksplorasi guna menemukan sumber-sumber migas yang baru. Ini adalah sebuah tantangan yang besar, karena eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru telah bergeser ke daerah frontier dan laut dalam yang memerlukan investasi awal cukup besar dan teknologi yang tinggi,” urainya.

IPA menyadari bahwa berbagai perbaikan dan penyelarasan kebijakan untuk industri migas telah dilakukan Pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah telah merevisi, menerbitkan aturan baru, atau bahkan memangkas aturan yang dianggap menghambat operasional.

“Kami mengharapkan agar perbaikan iklim investasi migas di Indonesia ini terus dilanjutkan, sehingga dapat meningkatkan jumlah serta mempercepat proyek-proyek migas untuk berpoduksi," ujar Ronald.

Menteri ESDM, Ignasius Jonan, pun menggarisbawahi peran industri hulu migas sebagai salah satu kontributror pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia dengan mengurangi jumlah perijinan dan reformasi birokrasi dilakukan demi mendorong investasi di Indonesia.

Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi menyatakan, diperlukan komunikasi dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan di industri hulu migas agar dapat meningkatkan daya saing industri hulu migas Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI