Suara.com - Inovasi disruptif menyentuh berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia sociopreneurship. Hal ini menjadi diskusi hangat pada "Insight Session Indonesia Studentpreneur Summit (IDEAS Summit)", yang diselenggarakan oleh Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (Kamis, 8/3/2018).
Sederet pembicara hadir, antara lain Maria Harfanti (Miss Indonesia 2015), Suryadi Suryadinata (Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), Fadli Wilihandarwo (CEO Pasienia), Rangga Almahendra (dosen FEB UGM, produser film dan penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa), dan Maurice Shawndefar (Urban Development Specialist for UNDP).
Di zaman yang modern seperti saat ini, inovasi terus menerus bermunculan, sehingga membuat segala sesuatu menjadi lebih efektif dan efisien. Hal itulah yang dinamakan inovasi disruptif.
Senada dengan semangat efektif dan efisien maka dunia bisnis konvensional dirasa kurang mampu memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu muncullah istilah sociopreneur.
Sociopreneur adalah bisnis yang menyasar aspek-aspek sosial, mulai dari sampah, kesadaran masyarakat, pendidikan, dan lain-lain. Pada akhirnya sociopreneur diharapkan menjadi bisnis yang berkelanjutan dan dapat meningkatkan taraf hidup dan membantu mengatasi masalah dalam masyarakat.
“Harus melihat prediksi yang ada. Dapat pula membangun unit-unit bisnis yang mulanya terpisah sehingga dapat diintegrasikan satu sama lain ketika setiap unit sama kuat,” terang Rangga di awal sesi presentasi.
Potensi yang dimaksud adalah permasalahan yang ada di masyarakat sehingga tumbuh menjadi peluang apabila solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut ditemukan.
Dahlan Iskan, Menteri BUMN 2011-2014 turut mengirimkan pesan melalui video. Menurutnya, generasi muda harus siap menghadapi tantangan. Tantangan yang dimaksud adalah Artificial Intellegence (AI) yang perkembangannya semakin pesat dewasa ini.
Fadli, CEO Pasienia, menyadari bahwa pada era sekarang, banyak peluang dapat muncul berkat pendekatan digital yang menyebabkan kompetisi sengit pun tidak terhindarkan. “Apabila belum percaya diri dengan produknya saat melakukan launching, maka itulah saat yang tepat. Jika sudah percaya diri, justru itu menandakan sudah terlambat.”
Maria Harfanti pun menyemangati generasi milenial sebagai generasi yang memegang tonggak pertumbuhan berkelanjutan.