Suara.com - Konferensi Internasional Solidaritas untuk Palestina telah digelar pada Jumat, 8 Desember 2017 di Jakarta, sebagai peringatan “100 tahun Peringatan Penindasan Deklarasi Balford” dan “100 Tahun Perlawanan terhadap Palestina”.
Konferensi ini memutuskan untuk terus mendukung perjuangan pembebasan Palestina dengan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibukotanya.
Mereka yang hadir dari komunitas internasional, yakni Syaikh Yusuf (Coordinator of the Global Campaign to return to Palestine, Libanon); Feroze Mithiborwala (Palestine Solidarity Forum-India); Dr. Thaer Alsikh (Palestina); Mujtahid Hashem President, Voice of Palestine, Indonesia; Mohd Azmi Abdul Hamid-MAPIM, Malaysia; Syekh Ali Akbar Albinal (Palestine Fondation Philipine); Maruf Pancila Director, Religious Democracy Institute, Indonesia; Syaikh Yusuf (Coordinator of the Global Campaign to return to Palestine, Beyrut); Dr. Sabir Karbalai (Palestne Fondation, Pakistan; Edgardo Ruben Assad (The Latin League to return to Palestine-Argentina).
Seperti dalam siaran pers yang diterima Suara.com, ada 11 poin yang dihasilkan dalam konferensi tersebut:
1. Konferensi ini memutuskan untuk terus mendukung perjuangan pembebasan Palestina dengan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibukotanya. Kami menyerukan kepada rakyat dan negara-negara di dunia untuk terus mendukung Rakyat Palestina dan Intifadah Global.
Perlawanan Global untuk mendirikan sebuah negara berdaulat yang independen dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Dimana orang-orang Palestina dari semua agama hidup berdampingan dengan saling menghormati dan setara di perbatasan 1948 di Palestina bersejarah. Ini termasuk semua Muslim, Kristen dan Yahudi dan mereka yang tidak bermigrasi dari negara lain ke Palestina pada tahun 1917 atau yang lebih awal.
2. Konferensi tersebut dengan tegas mengecam pernyataan Presiden AS Trump dimana dia mengakui Yerusalem sebagai ibukota Rezim Zionis Israel. Keputusan Trump adalah ilegal dan pelanggaran mencolok terhadap semua hukum internasional dan resolusi PBB. Sebagian besar negara telah menolak keputusan Trump.
Keputusan Trump menimbulkan ancaman bagi kota suci Yerusalem karena agama Yahudi yang terus berlanjut merupakan bahaya jelas dan nyata bagi Masjid suci Al-Aqsa, Kubah Batu, Gereja Makam Suci dan semua situs Islam dan Kristen lainnya.
3. Keputusan Trump dalam perkiraan kami adalah Deklarasi Balfour Kedua dan dengan demikian memiliki tanda dan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi bangsa Palestina dan dunia pada umumnya.
4. Tidak diragukan lagi, keputusan Trump adalah provokasi dan protes yang belum pernah terjadi sebelumnya telah terjadi di seluruh Palestina & dunia. Dengan demikian menandai dimulainya Intifada Ketiga dan perlawanan Palestina dan Global harus teguh berdiri di tempat kami.