Kongres Konghucu Ke-3 di Tengah Panasnya 'Pemikiran Ekstrem'

Tomi Tresnady Suara.Com
Jum'at, 20 Oktober 2017 | 08:21 WIB
Kongres Konghucu Ke-3 di Tengah Panasnya 'Pemikiran Ekstrem'
kongres Konghucu ke-3 yang digelar di kawasan Bandengan, Jakarta Utara, Rabu (18/10/2017).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memanasnya 'pemikiran ekstrem' di berbagai dunia menjadi bahan perbincangan yang cukup alot dalam kongres Konghucu ke-3 yang digelar di kawasan Bandengan, Jakarta Utara.
Hal itu diungkap Uung Sendana, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN).

“Sekarang ini pemikiran dunia yang ekstrem sedang sangat berkembang. Lihat saja di negeri ini banyak orang yang saling mencerca, mencela. Dan ini dibahas tuntas oleh kami. Yang ingin membawa perdamaian di seluruh negeri,” ujar Uung Sendana di Jakarta, Rabu (18/10/2017), seperti dalam rilis yang diterima Suara.com.

Dalam kongres Konghucu ke-3 ini, MATAKIN mengundang ahli-ahli agama Konghucu dari 18 negara. Yang akan mencari solusi untuk hidup berketahanan dan saling menghormati.

“Sebelumnya kami mengadakan dialog dengan agama Islam dan Konghucu. Tentunya dengan tema kesejahteraan dan perdamaian.Hari ini kami konsentrasi untuk menyumbangkan pikiran untuk dunia menuju perdamaian,”ujarnya.

Sementara itu, Alim sugiantoro peserta perwakilan dari Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, merasa bangga Konghucu yang baru didukung negara Indonesia bisa dipercaya oleh penganut agama Konghucu sedunia.

“Negara indonesia yang telah dipercaya dunia patut dibanggakan karena kemajemukan dan bisa bersatu padu. Maka negara lain ikut merumuskan kedamaian dunia lewat ajaran Konghucu . Dan yang terpenting semua menuju saling menghormati dan menghargai tentang perbedaan agama untuk menuju keadilan kemakmuran negara dan rakyatnya,” jelasnya.

Alim menambahkan, dialog lintas agama memang perlu dilakukan untuk menjaga perdamaian.

“Karena dengan seringnya berdiskusi dan bertemu, mungkin masalah bisa kecil. Sepertu kasus patung dewa di Tuban, itu sebenarnya tidak ada masalah apa-apa tapi jadi ramai,” katanya.
Lanjut pria yang juga produser film dan pengembang perumahan rakyat ini, sebaiknya tidak ada selisih paham dalam hal agama.

“Indonesia harus ada kesatuan Bhineka Tunggal ika, agar tidak ada selisih pendapat. Sebab, jika tidak ada selisih pendapat maka kita akan bisa lebih maju,” ungkapnya.

Alim berharap, ada sekolahan Konghucu di Indonesia. “Karena di sini kurang (sekolah), tidak ada perwakilan dari Konghucu di Departemen agama yang pandai. Padahal ajaran Konghucu itu mengedepankan budi pekerti sama seperti dengan P4,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI