Suara.com - Persaingan antartim di Liga 1 dan Liga 2 2017 berlangsung sengit pekan-pekan kompetisi berlangsung. Penonton dimanjakan dengan racikan taktik dan strategi dari pelatih, hingga aksi para pemain di atas lapangan.
Tidak hanya di stadion, penonton juga bisa menikmatinya dari tayangan siaran langsung. Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 ini untuk siaran televisi tidak berbayar atau terestrial ditayangkan di TVOne.
Sedangkan untuk televisi berbayar hak siarnya dipegang Orange TV. Kemudian untuk tayangan streaming berbayar bisa dinikmati di Genflix.
Fakta memperlihatkan peran dari tayangan siaran langsung ini buat kelangsungan hidup kompetisi begitu besar. Bahkan mencapai lebih dari setengah persentase kebutuhan pengelola kompetisi untuk menggulirkan Liga 1 dan Liga, dan nanti Liga 1 U-19.
Hal itu seperti diungkapkan Greeny Dewayanti, Commercial Director PT Mega Media Indonesia, perusahaan yang mengelola Orange TV.
"Kami tahu pengelola kompetisi (PT LIB) butuh dana lebih dari Rp 400 miliar per tahun untuk menggelar kompetisi dalam satu musim," kata Greeny Dewayanti seperti siaran pers yang diterima Suara.com, Kamis (8/6/2017).
"Dan, pemasukan terbesar penyelenggara kompetisi itu berasal dari broacast rights. Pemasukannya bisa mencapai 60-65 persen dari keseluruhan. Selebihnya berasal dari sponsor di luar pemegang hak siar," Greeny Dewayanti, menambahkan.
Oleh karena itu menonton siaran langsung kompetisi di Tanah Air pada musim-musim ke depan diprediksi tidak mudah lagi. Dalam arti penonton harus terbiasa menonton pertandingan di televisi dengan cara berlangganan.
Hal itu sudah berlaku umum di negara-negara yang kompetisinya maju. Seperti halnya Inggris, Italia, atau Spanyol. Lewat tayangan televisi berbayar, penonton dijamin bisa menikmati semua pertandingan berlabel bigmatch.
Hal itu sekaligus menjawab banyak pertanyaan dari masyarakat kenapa tayangan siaran langsung di televisi terestrial atau non-berbayar sering diacak (enkripsi). Terkadang pula penerimaan gambar dari televisi non-berbayar begitu buram.
"Enkripsi memang diperlukan untuk melindungi kepentingan sponsor media televisi berbayar. Sebab, jika tidak ada ada dana dari sponsor broadcast rights, bisa jadi kompetisi sulit diselenggarakan, yang akhirnya sepak bola Indonesia akan terus di peringkat terbawah FIFA," tutur Greeny Dewayanti.
"Jadi memang dibutuhkan perhatian dari pencinta sepak bola Liga Indonesia. Ini bukan berarti tontonan rakyat kenapa tidak bisa gratis, tapi karena harus ada jaminan kompetisi tetap bisa hidup," kata Greeny.