ASPIRASI Bedah Buku "Disruption" dan "Revolusi Mental"

Tomi Tresnady Suara.Com
Selasa, 25 April 2017 | 13:59 WIB
ASPIRASI Bedah Buku "Disruption" dan "Revolusi Mental"
Buku berjudul Revolusi Mental karangan Dedi Mahardi.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asosiasi Penulis dan Inspirator Indonesia (ASPIRASI), membedah buku karangan Rhenald Kasali yang berjudul "Disruption" dan buku karangan Dedi Mahardi berjudul "Revolusi Mental."

"Disruption" yang ditulis Rheinald Kasali memiliki sub judul "Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan Dalam Peradaban Uber."

“Orang sekarang bisa menulis di medianya sendiri (sosial media). Sekarang muncul taksi yang tidak memiliki plat kuning, dan penumpangnya turun tidak kelihatan membayar. Aplikasi, memungkinkan orang mau kemana saja di dunia ini jadi murah. Bahkan gratis dijemput, dan diantarkan. Media massa juga berubah. Iklan sekarang ini pindah ke youtube dan google. Dunia sedang kacau bagi pemain lama,” kata lelaki berusia 56 tahun itu dalam acara diskusi yang digelar di Rumah Perubahan Jatimurni Bekasi Jawa Barat, Minggu (23/4/2017), 

Melalui buku terbarunya, Rhenald berupaya menyuguhkan sebuah cara pandang kepada para pembaca, tak terkecuali pemegang kebijakan, untuk memahami perubahan yang tengah terjadi. 

Buku itu ditulis Rhenald sejak awal tahun 2016 dan selesai pada akhir tahun yang sama. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama itu terdiri dari 16 bab yang dibagi dalam 5 bagian setebal 497 halaman.

Untuk menghadapi perubahan ini, Rhenald meminta para pemain lama untuk memiliki mesin baru. Mesin baru itu adalah orang muda yang penuh akan inovasi dan memiliki cara pandang jauh kedepan.

“Di dunia ini orang muda itu miskin masa lalu, tapi kaya masa depan. Internet of think. Lawan kita saat ini adalah orang yang menggunakan masa depan, untuk melawan kita di masa sekarang,” kata Guru Besar Universitas Indonesia ini.

Sementara itu, motivator, innovator dan author nasional, Dedi Mahardi mengatakan bahwa buku Revolusi Mental mengkritisi jargon Presiden Jokowi yang belum berdampak signifikan bagi masyarakat Indonesia.

Katanya, hal itu ditandai dengan semakin maraknya korupsi dan penyakit masyarakat lainnya semakin parah.

"Kalau dilihat dari kondisi bangsa, belum berdampak yang besar. Apalagi dibandingkan dengan bangsa yang juga menganut revolusi mental seperti Kuba dan China," jelas Dedi.

Menurut Dedi, negara yang sudah berhasil revolusi mentalnya adalah munculnya pemimpin yang dapat jadi teladan serta sistem yang mengikat semua elemen bangsa sehingga mereka bisa berubah. Tetapi di negara ini, lanjut Dedi, sistem dibuat untuk kepentingan kelompok dan kepentingan jangka pendek.

Menurut Dedi, ada beberapa cara untuk mempercepat mental rakyat Indonesia berrevolusi. Namun, harus dibarengi dengan sikap konsisten dari pemimpin negara.

"Pertama, mulailah berubah dari diri sendiri. Kedua, merekrut agen-agen perubahan untuk disusupkan di semua lapisan masyarakat. Ketiga, menjadikan integritas dan etika moral sebagai syarat utama seseorang diangkat jadi pemimpin semua level kepemimpinan," jelas dia.

"Keempat, mendidik pemimpin agama dan guru yang pantas diteladani oleh semua umat. Kelima, membuat efek malu kepada koruptor dan orang-orang bermoral bejat dengan menyiarkan setiap periode tertentu dan mendaftarkan di laboratorium revolusi mental," tambah Dedi.

Selain dihadiri oleh anggota ASPIRASI, bedah buku ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional. Diantaranya mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.

“Saya banyak menjadikan buku Rhenald Kasali sebagai sumber referensi untuk memberikan ceramah di berbagai perguruan tinggi,” ujar Moeldoko.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI