Suara.com - HSBC Indonesia beserta Putera Sampoerna Foundation (PSF) kembali menyelenggarakan kompetisi HSBC Business Case Competition atau HSBC BBC.
Melalui kompetisi ini, HSBC dan PSF mencari pemuda-pemudi Indonesia yang tengah menjalani pendidikan S1 dari perguruan tinggi terkemuka Tanah Air yang memiliki tiga karakter unik yaitu critical, creative dan confidence.
"HSBC memiliki komitmen jangka panjang dalam mempersiapkan pemimpin milenial masa depan Indonesia yang tangguh. Kompetisi ini salah satu langkah nyata yang memberikan kesempatan para pemimpin masa depan ini untuk mengasah berbagai teori yang telah mereka pelajari," ucap Head of Corporate Sustainability HSBC Indonesia, Nuni Sutiyoko dalam acara diskusi 'Mempersiapkan Future Leadears Indonesia yang Kompetitif' di Jakarta, Senin, (3/4/2017)
Tahun ini merupakan tahun kelima kompetisi HSBC BCC. Sebanyak 15 dari 15 universitas terkemuka di Indonesia. Salah satu pemenang kompetisi HSBC BBC 2016, Vanessa Purnawan, sempat mengikuti program Business Case Competition tingkat internasional di Hongkong tahun lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Meski Persediaan AS Meningkat
"Program HSBC BBC ini dapat menjadi wadah untuk mengembangkan diri kami. Juga melakukan caracter building," ungkap Vanessa.
HSBC BBC sendiri merupakan sebuah kompetisi di mana peserta dihadapkan pada sebuah kasus nyata yang dihadapi dunia bisnis modern dan mereka diminta untuk memberikan solusi melalui serangkaian analisa masalah, penyusunan strategi, hingga penyampaian gagasan.
"HSBC BBC ini tidak sekadar kompetisi dan kemudian kita cari pemenang. Ini adalah learning process. Mereka mendapat ilmu dan pembelajaran," lanjut Nuni.
Senior Director Putera Sampoerna Foundation, Elan Merdy menambahkan, HSBC BBC merupakan cara efektif untuk membangkitkan semangat berkompetisi, serta melatih pola pikir yang kreatif, kritis dan inovatif dan dapat membantu peserta menghadapi tantangan di masa depan. "Apa yang kita harapkan sekarang, akan terlihat dalam 20-30 tahun ke depan," tutupnya optimis.
Baca Juga: Serangan Senjata Kimia Suriah, WHO: Kejam dan Tak Bisa Ditolerir