UI Bantu Pengembangan Kampung Ekowisata di Muara Gembong

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 03 Januari 2017 | 20:06 WIB
UI Bantu Pengembangan Kampung Ekowisata di Muara Gembong
Kampus Universitas Indonesia (UI). (suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah berhasil membuat kincir angin sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu  pada tahun 2014, Tim Pengabdi  dari Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia yang dipimpin Prof. Dr. Adi Surjosatyo, kali ini mengembangkan daerah ekowisata di Kampung Bungin, Muara Gembong, Bekasi.

"Saat ini sudah ada tiga kincir angin. Keberadaan kincir angin tersebut untuk memenuhi kebutuhan turbin angin yang menghasilkan energi listrik," ujar Guru Besar Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia Prof. Dr. Adi Surjosatyo, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut ia memaparkan kawasan ekowisata yang dimaksud adalah kawasan wisata alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Kegiatan ekowisata lebih mengutamakan pada usaha-usaha dalam skala kecil dan menekankan pada kepentingan pelestarian lingkungan dan sosial masyarakat setempat.

"Kami saat ini fokus pengolahan hasil laut yang bernilai tambah sehingga nantinya dapat menambah penghasilan warga sekitar," tambah Prof. Adi.

Setelah masyarakat menerima program ini, tantangan lain tim adalah membuat program terjaga sustainabilitasnya. Ia menyadari perlunya suatu skema kegiatan bisnis masyarakat dengan kincir angin sebagai inti utama program.

Tak hanya itu Prof. Adi juga mendorong kerja sama berbagai instansi dan lembaga swasta dengan Pusat Energi Terbaharui Fakultas Teknik UI (TREC FTUI) dalam pengembangan program turbin angin.

Ia mengatakan bahwa saat ini, sudah terjalin kolaborasi antara UI, pihak swasta yakni PT Potenza Putra Makara,  Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kelistrikan Energi Baru Terbarukan Konversi Energi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Pusdiklat KEBTKE ESDM), Lembaga Pemberdayaan Umat An-Naba, dan Kecamatan Muara Gembong.

Pemilihan Kampung Bungin dikarenakan untuk meningkatkan kemandirian energi daerah, meningkatkan perekonomian warga, dan membuka mata berbagai kalangan untuk menyelamatkan lingkungan di sekitar pesisir pantai.

Prof. Adi mengatakan potensi angin Kampung Bungin kecepatannya berkisar 1--10 m/s, sangat potensial untuk tenaga turbin angin. "Potensi angin nya besar karena dekat dengan pesisir. Selain di wilayah itu kecepatan angin yang besar ada di wilayah Timur kemudian juga Jogjakarta.
Selain di Bekasi, kincir angin juga di bangun di NTB. Indonesia merupakan negara Kepulauan dengan potensi angin yang besar, tidak dimiliki bangsa lain," katanya.

Prof. Adi berharap dengan keberadaan kincir angin dapat memberikan  dampak luas kepada masyarakat. Ia mengungkapkan saat ini sebanyak 44 persen  penduduk Kampung Bungin hanya lulusan SD. Bahkan sekitar 30 persen warga tidak mendapatkan pendidikan sama sekali.

Sebagian besar warga berprofesi sebagai nelayan. Warga memanfaatkan hasil laut dan tambak sebagai sumber mata pencaharian.

"Kami menggandeng pihak swasta menggelar pelatihan pemanfaatan produk hasil laut yakni  packaging atau pengemasan ikan. Dengan pelatihan ini, transfer pengetahuan dari PT Potenza sebagai industri dapat  menambah nilai jual ikan hasil tangkapan. Proses packaging oleh warga diharapkan bisa menjadi sebuah ciri khas tersendiri," jelasnya.

Diharapkan mengatakan untuk membuat kincir angin itu tidak mudah, butuh passion. "Susah kalau tidak ada passion. Selain itu juga butuh dana yang tidak sedikit," papar Prof. Adi.

Tak hanya itu pihaknya juga berupaya mengubah air laut menjadi air  tawar sehingga bisa diminum.

"Namanya desalinasi. Salah satu cara untuk mendapatkan sumber air yang layak untuk keperluan hidup sehari-hari adalah dengan mengolah air laut menjadi air tawar. Prosesnya mengurangi kadar garam yang terkandung pada air laut sampai pada level tertentu sehingga air laut tersebut layak untuk dipergunakan seperti halnya air tawar," ujarnya.

Terkait pendanaan pihaknya dibantu dari UI dan juga Bappenas. "Pendanaan itu untuk bangun pelatihan masyarakatnya maupun pembangunan fisiknya. Buat kincir angin harus punya passion karena nanti di lapangan akan menemui tantangan besar. Total pembangunan infrastruktur kemarin mencapai Rp 1 miliar," imbuh Prof. Adi.

Ia mengatakan turbin angin dirancang dengan tinggi tower 9 meter dan dibagi menjadi 6 bagian (tinggi 1,5 meter untuk setiap bagiannya) untuk memudahkan mobilisasi dan menggunakan pondasi yang kokoh.

Sistem pembangkit ini akan mulai menghasilkan energi listrik pada kecepatan 3 m/s (Cut-in Speed) dan akan berhenti menghasilkan listrik untuk keamanan sistem pada kecepatan 12 m/s. Generator yang dipakai adalah tipe Permanent Magnet Generator (PMG) kapasitas 500 watt 24VAC 3-Phase.

Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini merupakan kerjasama tim perancang turbin angin FTUI (Wind Energy Team UI) dengan Lentera Angin Nusantara (LAN).


BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI