Film "Kurung Manuk" Raih 5 Penghargaan di Amerika Serikat

Tomi Tresnady Suara.Com
Sabtu, 10 Desember 2016 | 15:03 WIB
Film "Kurung Manuk" Raih 5 Penghargaan di Amerika Serikat
Sutradara Sigit Pradityo (tengah) mendapat lima penghargaan atas film Kurung Manuk di Los Angeles Underground Film Forum (LAUFF 2016) 19-20 November, Los Angeles, AS.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Film Kurung Manuk berhasil menyabet lima penghargaan di ajang Los Angeles Underground Film Forum (LAUFF) 2016 yang digelar di Los Angeles, Amerika Serikat, 19-20 November 2016.

Lima penghargaan yang diraih film karya Sigit Pradityo itu adalah Winner of Jury Award, Best Underground Feature, Best Experimental feature, Best Foreign Language Feature, serta Best First Feature.

Kurung Manuk juga mendapat kehormatan setelah ditunjuk jadi pembuka festival di Vidiots, sebuah tempat pemutaran film sekaligus rental video/DVD ikonik dan legendaris di Los Angeles, menurut siaran pers yang diterima suara.com, Sabtu (10/12/2016).

Kurung Manuk merupakan sebuah film panjang pertama yang disutradarai oleh Sigit Pradityo yang dalam produksinya mempergunakan cara "bebel without a crew" ini mengisahkan sosok Manuk yang dianggap sebagai orang aneh karena ia tidak pernah terlihat keluar dari kamarnya.

Hal itu membuat Manuk menjadi bahan pembicaraannya di lingkungannya.Di lain pihak ada kasus pembunuhan berantai yang diindikasikan bahwa Manuk adalah pelakunya.

Berbagai hal unik yang terjadi selama proses pembuatan film Kurung Manuk pun menjadi bahan diskusi menarik di LAUFF 2016. Dalam kesempatan tersebut Sigit menuturkan bahwa dirinya terpaksa mencicil hingga 5 tahun untuk menyelesaikan film Kurung Manuk hingga tuntas.

Selain itu, pengalaman buruk dialami selama syuting seperti soal bujet dan musibah kemalingan, di mana laptop milik Sigit yang memuat data film ini digondol maling yang memecahkan kaca mobilnya.

Hal lain yang dipaparkan oleh Sigit Pradityo kepada para peserta diskusi yang hadir di ajang LAUFF 2016 tersebut adalah tantangan lain yang harus dilalui olehnya saat proses produksi Kurung Manuk yaitu dibully secara online lewat media sosial, namun nama online sang pembully justru menjadi inspirasi untuk salah satu karakter di filmnya.

Para peserta diskusi di ajang LAUFF 2016 terkesiap saat Sigit Pradityo menceritakan satu kejadian menegangkan di mana Ia harus melarikankan diri dari kejaran preman bersenjata samurai karena faktor 'izin' lokasi.

Antusiasme peserta diskusi pun makin bertambah manakala Sigit Pradityo dengan gamblang mengisahkan salah satu talent yang punya penyakit gagap sehingga harus di-dubbing oleh dirinya sendiri.

Di tahun 2016, film Kurung Manuk sudah berkeliling Jawa dan Bali dalam pemutaran secara komunitas dan "layar tanjepan"

Film ini juga mendapat apresiasi dari penonton saat diputar disebuah komunitas film di Kaizuka Qosmos Theatere di Osaka, Jepang.

Apresiasi dan penghargaan juga datang dari penonton saat film Kurung Manuk ini diputar dalam event Dada Saheb Phalke Film Festival,yng berlangsung di India. Event ini merupakan festival film tahunan untuk mengenang Dada Saheb Phalke yang merupakan orang India pertama yang membuat film panjang atau bisa disebut "Abahnya" Bollywood.

Saat ini film Kurung Manuk sedang dalam proses negoisasi dengan salah satu distributor film indie di Hollywood guna untuk lebih melebarkan sayap film Kurung Manuk ke kancah perfilman internasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI