Suara.com - Pekan lalu, Venice International Film Festival mengumumkan film pendek "On the Origin of Fear" masuk dalam kompetisi Orizzonti bersama 18 film pendek dunia lainnya. Hari ini, Rabu (10/8/2016) kabar baik kembali menghampiri. Film ini masuk dalam program kompetisi film pendek “Short Cuts” di Toronto International Film Festival 2016.
"On the Origin of Fear" merupakan film debut Bayu Prihantoro Filemon. Film berdurasi 12 menit tersebut mengisahkan pengalaman traumatis generasi 80-an atas reproduksi teror dan kekerasan dalam film propaganda sejarah produksi Orde Baru.
“Sebagai generasi yang lahir pada tahun 80-an, saya menjadi saksi dari salah satu episode fiksi yang paling sempurna atas sejarah bangsa dalam wajah sinema Indonesia. Saya menjadi saksi bagaimana peristiwa ‘65 versi sejarah resmi negara dibangun melalui reproduksi teror. Sinema adalah teror. Scene-scene penculikan, penyiksaan, pembunuhan, tarian dan nyanyian glorifikasi kekerasan dalam film—dengan pelaku dan korban yang adalah sesama warga bangsa—, semua menjadi pondasi awal dari pengetahuan sejarah saya mengenai bagaimana bangsa ini membangun peradabannya pasca-65,” terang Bayu.
Film ini, kata Bayu, sebuah upaya yang coba dia lakukan untuk melawan traumatis, berharap sebagai generasi muda berbesar hati menerima fakta bahwa di masa lalu Indonesia punya periode sejarah gelap yang harus diakui.
"Agar kita bisa melangkah ke depan lebih ringan penuh martabat sebagai bangsa yang besar," katanya lagi.
Amerta Kusuma dan Yulia Evina Bhara, produser film On The Origin Of Fear mengatakan produksi film ini adalah sebuah pernyataan sikap dari generasi muda yang terus mencari kebenaran sejarah tentang peristiwa ’65 yang hingga sekarang masih gelap. Lewat film ini, berharap peristiwa '65 bukan lagi hal tabu untuk dibicarakan.
Direktur Produksi Film Negara (PFN) Abduh Aziz ikut menyampaikan respon positifnya terhadap On the Origin of Fear yang berhasil tembus festival film di toronto dan Venice.
“Film kita sudah sangat banyak bisa menembus festival besar di dunia. Maka yang akan dilakukan negara saat ini adalah mendukung para pembuat film agar bisa terus memproduksi film berkualitas sehingga Indonesia betul-betul ada dalam peta film dunia,” ujarnya.