SAWIT Challenge Gelar Kompetisi Ide Panen Sawit Berkelanjutan

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 16 Juli 2016 | 06:49 WIB
SAWIT Challenge Gelar Kompetisi Ide Panen Sawit Berkelanjutan
Buah kelapa sawit.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

 Sejalan dengan seruan Presiden Joko Widodo untuk memperlambat perluasan penanaman sawit ke area hutan dan memaksimalkan pemanfaatan area kelapa sawit yang sudah ada, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) dan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), yang didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), menyelenggarakan SAWIT Challenge: kompetisi yang mengundang industri, organisasi, dan individu dari sektor keuangan, penelitian, hingga wirausaha, untuk menghadirkan solusi yang dapat membantu petani sawit kecil menghasilkan panen kelapa sawit berkelanjutan.

“Indonesia dan industri kelapa sawit memiliki sumber daya, keahlian, komitmen dan momentum yang dapat meningkatkan produksi kelapa sawit berkelanjutan. Saat ini adalah waktunya untuk mengidentifikasi dan mengembangkan solusi baru yang dapat membantu meningkatkan pendapatan petani sawit sambil tetap melestarikan hutan Indonesia,” ujar Enda Ginting, Asisten Deputi di Kantor Kepresidenan Republik Indonesia dalam siaran pers, Jumat (15/7/2016).

“Kami bangga dapat mendukung SAWIT Challenge. Kami berharap melalui kompetisi ini, produksi kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan dapat berada di dalam jangkauan para petani sawit,” tambah Enda.

Kelapa sawit merupakan sektor penting bagi ekonomi Indonesia dan memberikan penghasilan bagi banyak orang yang masih hidup dalam kemiskinan, termasuk para petani sawit. Namun, industri kelapa sawit juga kerap dikaitkan dengan penggundulan hutan yang sangat cepat, musnahnya habitat spesies langka, serta bencana kebakaran hutan dan asap beracun yang berulang setiap tahun – hal ini mendorong Presiden Joko Widodo untuk menganjurkan penghentian perluasan perkebunan kelapa sawit.

“Kami setuju dengan Presiden Joko Widodo (ketika beliau mengatakan) bahwa perkebunan kelapa sawit yang ada saat ini sudah memadai. Yang masih kurang adalah alur yang jelas atau ide-ide terobosan bagi para penanam kelapa sawit, khususnya petani sawit kecil, untuk dapat memaksimalkan hasil perkebunan mereka yang sudah ada tanpa melakukan ekspansi wilayah,” ujar Budi Santosa, Executive Director IBCSD dalam kesempatan yang sama.

Indonesia memiliki sekitar tiga juta petani sawit kecil yang memproduksi kurang lebih 40 persen dari total tanaman kelapa sawit di Indonesia. Namun, jika dirata-rata, hasil panennya 30-40 persen lebih rendah dari hasil perkebunan swasta dan pemerintah. “Jika kita dapat membantu petani sawit kecil meningkatkan hasil panennya dengan memaksimalkan penggunaan lahan perkebunaan masing-masing yang sudah ada, kita dapat meningkatkan hasil produksi dan menjawab permintaan global terhadap minyak nabati yang terus meningkat, tanpa menggunduli hutan. Hal ini akan membantu industri kelapa sawit melakukan produksinya secara lebih berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta menjamin petani sawit kecil tidak kehilangan sumber pendapatan yang penting,” ujar Mansuetus Darto yang mewakili SPKS.

SAWIT Challenge menggarisbawahi beberapa tantangan yang dihadapi petani sawit kecil dalam memproduksi kelapa sawit dan menantang inovator untuk menjawab berbagai hambatan spesifik, termasuk keterbatasan akses pembiayaan dan rendahnya kualitas input seperti bibit, pupuk, tenaga kerja, dan teknologi. Selain itu, karena status kepemilikan lahan yang tidak jelas, banyak petani sawit kecil tidak memiliki hak yang sah atas hasil produksinya.

Tantangan lain adalah ketika akan menjual hasil panennya ke perusahaan yang menerapkan persyaratan keberlanjutan, petani sawit kecil juga perlu menunjukkan bukti bahwa panen yang dihasilkannya diproduksi tanpa terkait penggundulan hutan. Terakhir, petani sawit kecil juga perlu merampingkan seluruh proses sehingga dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mengirimkan hasil panen mereka ke pasar.

Inovator atau tim terbaik yang berkompetisi untuk menjawab SAWIT Challenge akan mendapatkan bimbingan dari para ahli di bidang industri yang dapat membantu membawa ide mereka ke “Innovation Marketplace”, sebuah forum yang akan diselenggarakan oleh SAWIT Challenge di Indonesia.

“Kami menyambut baik upaya Presiden Joko Widodo baru-baru ini untuk melindungi kekayaan hutan dan keanekaragaman hayati Indonesia dengan mendorong produksi minyak sawit berkelanjutan. Untuk itu, kami ingin memberikan dukungan dengan mencari cara inovatif yang dapat membuat industri kelapa sawit menjadi lebih efisien, produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,” ujar Patrick Wilson, Deputy Mission Director, USAID Indonesia.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai SAWIT Challenge dan cara mengirimkan solusi anda, silakan kunjungi www.sawitchallenge.org. Batas waktu pengiriman paling lambat Rabu (20/7/2016).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI