Iklan Sindir Telkomsel Jadi Viral, Menkominfo Turun Tangan

Madinah Suara.Com
Minggu, 19 Juni 2016 | 14:47 WIB
Iklan Sindir Telkomsel Jadi Viral, Menkominfo Turun Tangan
Iklan Indosat yang dinilai sindir Telkomsel.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri telekomunikasi sedang memanas. Baru-baru ini beredar foto-foto kampanye Indosat Ooredoo yang menyerang Telkomsel.Sejumlah foto yang menampilkan orang-orang memegang spanduk berisi pesan bahwa tarif Indosat Ooredoo lebih murah sempat heboh dan viral di dunia maya.

Pasalnya iklan tersebut menyeret nama Telkomsel sebagai pesaingnya. Sejumlah pesan yang dipamerkan memiliki ragam tulisan, contohnya, "Cuma IM3 Ooredoo Nelpon Rp 1/Detik. Telkomsel? Gak Mungkin."

Selain itu iklan perang tarif lainnya juga mengandung pesan, "Tarif Telkomsel Bikin Kantong Bolong. Makanya Pake IM3 Ooredoo."

Semua spanduk yang dipamerkan tersebut memiliki lambang khas Indosat Ooredoo yang berwarna hitam dan merah dengan tulisan kuning.
Ketika dikonfirmasi, CEO Indosat Alexander Rusli membenarkan hal tersebut merupakan bagian dari kampanye Below The Line (BTL). Namun, pria yang akrab disapa Alex ini membantah bahwa aktivitas kampanye tersebut adalah iklan.

Spanduk itu bertuliskan sindiran terhadap tarif seluler Telkomsel yang dinilai mahal, baik itu tarif SMS, telepon, dan internet. Kampanye ini mengajak pengguna untuk beralih ke layanan IM3.

"Terus kita komunikasikan lewat event di outlet, difoto, eh malah jadi viral," jelasnya.

Ia juga mengeluhkan terjadinya aksi monopoli yang dilakukan salah satu operator besar untuk wilayah luar Jawa. Menurutnya, hal ini dapat merugikan para pelanggan yang berada di daerah tersebut.

"Iya memang seperti itu di pasar sedangkan di luar Jawa mereka punya 86 persen dan karena peraturan mendukung jadi semakin besar tiap tahun," tuturnya.

Dalam kesempatan berbeda Vice President Coorporate Communication Telkomsel Adita Irawati menyatakan kompetisi bisnis adalah hal yang biasa dan bahkan bisa membuat industri lebih sehat dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

"Akan tetapi kompetisi perlu dijaga agar tetap berpegang pada aturan dan etika sehingga tidak justru merugikan masyarakat," lanjutnya.

"Sebagai operator telekomunikasi yang beroperasi hingga pelosok, perbatasan dan pulau terluar Indonesia, dalam menjalankan usahanya, Telkomsel selalu berpegang pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan patuh pada ketentuan yang berlaku. Selain itu dalam berkomunikasi kepada khalayak kami juga selalu berpegang pada norma dan etika serta menghormati pihak lain," jelas Adita.

Sindiran iklan Indosat ke Telkomsel tersebut juga sampai ke telinga Menkominfo Rudiantara.

“Saya sudah bicara dengan teman-teman BRTI agar memanggil mereka untuk klarifikasi, harus dijelaskan maksudnya apa (melakukan promosi seperti itu)," ucap Rudiantara.

Menurutnya, ada dua isu yang harus disoroti dari tindakan kampanye negatif tersebut. Pertama, substansi mengenai tarif. Kedua, cara berkomunikasi dalam melakukan promosi.

"Soal tarif, kalau memang benar demikian, harus dilihat apakah substansial, atau hanya gimmick saja? Kalau cara berkomunikasi dalam promosi, harus dikaji juga soal etika dan lain sebagainya," ucapnya.

Rudiantara pun memaparkan dari sisi masyarakat terkait kompetisi tarif di antara penyedia operator besar di Indonesia. Ia berharap, persaingan operator seharusnya memberikan pilihan bagi masyarakat.

"Sementara peran pemerintah harus memperhatikan bahwa kompetisi itu fair dan berjangka panjang. Jangan sampai promosi itu menyesatkan masyarakat," imbuhnya.

Sementara itu, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) akan memanggil Indosat untuk meminta penjelasan terkait spanduk yang terang-terangan menyindir tarif operator lain.

Anggota BRTI Bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna berpendapat bahwa spanduk tersebut tidak etis untuk digunakan. Alasannya adalah isinya yang menjatuhkan pihak lain dan menyebut nama pihak tersebut.
Langkah selanjutnya, BRTI akan memanggil dan mendengarkan penjelasan Indosat terkait pemakaian spanduk seperti itu. Selain itu, BRTI juga berniat untuk mengundang Telkomsel untuk turut hadir.

“Jika hal ini benar iklan, seharusnya Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) bisa menegur atau menghimbau si pembuat iklan. Intinya, jika hal tadi adalah iklan, maka iklan tidak etis jika berusaha menjatuhkan kompetitornya, apalagi dengan menyebut nama pesaingnya langsung,” terang Ketut.

“Kami akan undang Indosat. Secara formal kami akan dengarkan Indosat dahulu. Setelah itu besar kemungkinan Telkomsel akan kita undang juga, dan tidak tertutup kemungkinan seluruh operator seluler nantinya akan kami undang,” imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI