Suara.com - Industri telekomunikasi sedang memanas. Baru-baru ini beredar foto-foto kampanye Indosat Ooredoo yang menyerang Telkomsel.Sejumlah foto yang menampilkan orang-orang memegang spanduk berisi pesan bahwa tarif Indosat Ooredoo lebih murah sempat heboh dan viral di dunia maya.
Pasalnya iklan tersebut menyeret nama Telkomsel sebagai pesaingnya. Sejumlah pesan yang dipamerkan memiliki ragam tulisan, contohnya, "Cuma IM3 Ooredoo Nelpon Rp 1/Detik. Telkomsel? Gak Mungkin."
Selain itu iklan perang tarif lainnya juga mengandung pesan, "Tarif Telkomsel Bikin Kantong Bolong. Makanya Pake IM3 Ooredoo."
Semua spanduk yang dipamerkan tersebut memiliki lambang khas Indosat Ooredoo yang berwarna hitam dan merah dengan tulisan kuning.
Ketika dikonfirmasi, CEO Indosat Alexander Rusli membenarkan hal tersebut merupakan bagian dari kampanye Below The Line (BTL). Namun, pria yang akrab disapa Alex ini membantah bahwa aktivitas kampanye tersebut adalah iklan.
Spanduk itu bertuliskan sindiran terhadap tarif seluler Telkomsel yang dinilai mahal, baik itu tarif SMS, telepon, dan internet. Kampanye ini mengajak pengguna untuk beralih ke layanan IM3.
"Terus kita komunikasikan lewat event di outlet, difoto, eh malah jadi viral," jelasnya.
Ia juga mengeluhkan terjadinya aksi monopoli yang dilakukan salah satu operator besar untuk wilayah luar Jawa. Menurutnya, hal ini dapat merugikan para pelanggan yang berada di daerah tersebut.
"Iya memang seperti itu di pasar sedangkan di luar Jawa mereka punya 86 persen dan karena peraturan mendukung jadi semakin besar tiap tahun," tuturnya.
Dalam kesempatan berbeda Vice President Coorporate Communication Telkomsel Adita Irawati menyatakan kompetisi bisnis adalah hal yang biasa dan bahkan bisa membuat industri lebih sehat dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.
"Akan tetapi kompetisi perlu dijaga agar tetap berpegang pada aturan dan etika sehingga tidak justru merugikan masyarakat," lanjutnya.