Balitbang KP Berhasil Domestikasi Tiga Ikan Lokal

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 20 November 2015 | 10:17 WIB
Balitbang KP Berhasil Domestikasi Tiga Ikan Lokal
Penyuntikan hormon pada ikan [Kementerian Kelautan dan Perikanan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Balitbang KP, melalui peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Puslitbang Perikanan Bogor, berhasil melakukan domestikasi tiga jenis ikan lokal khas Riau, ikan Tapah (Wallago sp.), ikan Lelan (Osteochilus sp), dan ikan Baung (Hemibagrus sp).

Untuk pertama kalinya, tim peneliti dari dari BPPBAT Bogor (Ir. Anang Hari Kristanto M.Sc. Ph.D, Drs. Jojo Subagja M.Si, Otong Zaenal Arifin S.Pi M.Si, dan Yulianti M.Si) , pada 5-7 November 2105, dilaporkan telah berhasil melakukan pemijahan buatan tiga ikan potensial tersebut di kolam Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Sei Tibun, Kampar, Riau.

Upaya domestikasi itu merupakan buah kerja sama penelitian antara UPT Pembenihan Perikanan BBIS Sei Tibun Kampar  dengan BPPBAT Bogor. Kerja sama antara Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Puslitbang Perikanan Balitbang KP di Bogor sekitar tiga bulan lalu (28/8). ‘’Pemerintah Provinsi Riau, melalui Dinas Perikanan dan Kelautan terus mendorong UPTD Perikanan untuk mengembangkan tiga jenis ikan lokal yang hampir langka di perairan Riau,’’ ungkap Tien Mastina M.Si., Kepala dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau.

Tien menjelaskan,  kerja sama tersebut bertujuan untuk melaksanakan kegiatan domestikasi tiga jenis ikan lokal potensial tersebut.  Prioritas utama pengembangan adalah domestikasi ikan Tapah dan ikan Lelan, sedangkan penelitian ikan Baung lebih ke arah pengembangan perbenihan dan budidaya di masyarakat.

Ikan Tapah, menurut Anang Hari Kristanto, merupakan ikan asli perairan sungai di Sei Tibun Kampar. Dia memiliki postur tubuh: badan  memipih dan memanjang mulai dari bagian belakang sirip punggung hingga sampai ekor, sirip anal menyatu, ekor cagak. Sementara bagian depan badan memiliki moncong mulut melebar dan membulat mulai dari bagian overkulum hingga ke bagian badan pangkal sirip punggung. Secara keseluruhan, ikan ini  merupakan perpaduan bentuk antara bagian depan menyerupai ikan Baung dan bagian belakang menyerupai ikan Belida atau Lais.

Indukan ikan Tapah dan ikan Lelan yang digunakan pada pemijahan buatan, jelas Anang, adalah koleksi UPT Pembenihan ikan Sei Tibun yang telah diadaptasikan dalam kolam selama 3 tahun. Indukan yang dikoleksi telah mencapai kisaran bobot 2-4,5 kg.   Kegiatan pemijahan buatan diawali dengan  memilih induk yang telah matang gonad melalui pengamatan terhadap sampel telur dan sperma. Induk ikan tapah yang terpilih kemudian disuntik hormon gonadotropin. Setelah 17 jam, ikan betina di-striping (mengeluarkan telur dengan jalan mengurutnya), kemudian telur dibuahi dengan sperma dari ikan jantan (pembuahan kering). Dari hasil pemijahan buatan tersebut,  BBI Sei Tibun kini telah memiliki anakan (Generasi 1) dengan tingkat kelangsungan hidup benih ikan sekitar  50% dari jumlah telur ovulasi.

Generasi pertama tersebut akan dipelihara terus dengan harapan kelak dapat menjadi   indukan. Melalui proses adaptasi dari generasi ke generasi pada lingkungan budidayanya, dia berharap  ikan Tapah dan ikan Lelan dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan budidaya. Untuk diketahui, kedua jenis ikan ini memiliki nilai ekonomis penting dengan potensi pasar yang besar. Di pasar,  harga ikan Tapah mencapai Rp. 120.000 per Kg. Ke depan, melalui kerjasama penelitian BPPBAT Bogor dengan UPT Perbenihan di Sei Tibun,  akan mengembangkan produksi benih ikan Tapah dan ikan Lelan. Dengan  cara ini, para pembudidaya ikan lokal dapat memperoleh benih secara lebih mudah dan berkelanjutan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI